selama tiga hari di rumah sakit, saya gak berhenti turun ke ruang bayi untuk melihat bayi saya. secara rumah sakit saya agak aneh. ruang bayi berada di lantai dua, sedangkan kamar ibu ada di lantai tiga. jadilah setiap saya kangen dengan si kecil, saya harus turun ke lantai bawah dengan keadaan susah jalan karena bekas jahitan hasil prakarya ibu dokter masih basah. dan sialnya, saya kangen sama bayi saya gak cuma sehari sekali atau sehari dua kali. tapi setiap jam! setiap waktu. ah pokoknya setiap saya nganggur di kamar saya pasti turun ke ruang bayi. sekedar menatap dari jendela. abis kangen! udah gak sabar mau gendong mau nimang-nimang anak pertama saya yang paling gembul itu.
semuanya berjalan mulus sebelum akhirnya kami pulang ke rumah dan saya benar-benar bisa dua puluh empat jam bertemu Jiwo. kami pulang dari rumah sakit di antar oleh orang tua suami saya, karena mama saya hanya bisa menemani saat di rumah sakit dan sudah pulang ke jogja sebelum kami pulang ke rumah. orang tua suami saya pun tidak bisa menginap di rumah. hanya mengantar kami pulang lalu kembali ke rumah. dan kemudian.. eng ing eng. saya dan suami saya yang tadinya santai-santai saja mendadak panik bukan kepalang. kami hanya bertiga di rumah. dengan kondisi suami saya yang tidak berani merawat bayi, saya yang sekalipun belum pernah mengurus bayi dan Jiwo yang cuma tau nangis kalau ada sesuatu. kami panik. siapa yang akan mengganti popoknya kalau Jiwo pipis? siapa yang mengurus kalau Jiwo pup? siapa yang memberikan dia susu kalau dia haus? tidur bayi harus seperti apa? menyusui bayi harus bagaimana? kami berdua benar-benar kebingungan. karena selama di rumah sakit, semua tentang Jiwo diurus oleh para suster yang baik hati. saya dan suami saya cuma tau duduk-duduk memandangi anak ganteng kami dari kaca kamar bayi.
jreng...dan malam superriweuh itupun terlewati dengan sebuah kalimat sok bijak saya "udah yang, percaya diri aja. kambing aja bisa gedein anak, masa kita enggak. paling kecetit dikit. bayi gak kecetit gak keren". hahahaha. kamipun dengan segenap kebisaan melewati malam itu, sampai akhirnya pagi datang bersamaan dengan hadirnya dukun rawat bayi. sang penyelamat.
oiya. sampai di rumah, Jiwo kelihatan lebih kurus dan lebih ramping. gak segembul waktu di rumah sakit. kata Mama saya sih memang begitu. bayi akan berubah setelah kena angin dunia. nanti juga akan terus berubah dan perubahannya drastis. hmm, baru tau. pantesan sampai di rumah jadi berubah banget. jadi ganteng!
Tidak ada komentar