Kepada para suami, dimanapun kalian..
Perkenalkan, saya Topan Pramukti, bapak satu anak yang pernah menyaksikan istri berjuang melawan Post Partum Depression. Pernah dengar? Saya tidak akan menjelaskan secara teori, di sini saya hanya ingin memohon agar kalian duduk sebentar, luangkan waktu barang 10 menit untuk membaca cerita saya ini sampai habis. Saya mohon.
Namanya Bunga, seorang teman saya yang tentu bukan nama sebenarnya. Beberapa waktu lalu ia melahirkan anak pertamanya. Kalau kalian pikir dia sekarang sedang di puncak bahagia, kalian salah. Hari-harinya, saat ini, dilalui dengan penuh air mata dan rasa cemas. Berkali-kali dia harus melawan dirinya sendiri, saat pisau di dekatnya kerap dia todongkan pada bayinya. Berkali-kali pula dia nyaris kehilangan nyawa, sebab baginya, pilihan hanya dua: dia atau anaknya yang mati.
Suaminya kemana? Ada. Mereka tinggal satu rumah dan tidur satu ranjang. Hubungan mereka baik-baik saja dan keluarga mereka (kelihatannya) normal dan bahagia. Tak ada masalah, tak pula ada orang ketiga. Ekonomi keluarga sedang berada di titik baik, pun kesehatan, semua baik.
Namun Bunga tetap meneteskan air mata setiap hari, dia tetap sesungukan, menangis, dan butuh pertolongan. Ibu muda itu sebisa mungkin menghindarkan pandangannya dari pisau atau benda tajam apapun, karena bisikan jahat itu bisa datang kapanpun dimanapun. Bunga selalu tidur membelakangi bayinya, karena untuknya, berhadapan adalah drama berujung histeris semalaman.
Bunga gila, ya? Bukan.. Dia adalah ibu yang menderita Post Partum Depression.
Cerita lain datang dari Lala, lagi-lagi bukan nama sebenarnya. Satu dari lusinan perempuan yang menjadikan istri saya, tempat mencari pertolongan. Saya tak pernah mengenal perempuan ini, seperti saya tak pernah mengenal perempuan-perempuan pencari pertolongan lain yang berderet di daftar kontak hape istri saya. Yang saya tau, ada seorang ibu muda tiba-tiba menulis pesan pada istri saya di twitter. Meminta nomer hape karena dia butuh diselamatkan. Satu alarm yang membuat istri saya langsung memberikan kontak padahal belum kenal: dalam pesannya dia menyebut-nyebut Post Partum Depression.
Singkatnya, Lala dan istri saya berkomunikasi lewat aplikasi whatsapp. Lala mengaku sering mendapati tubuhnya membiru, dingin, dan gemetar. Dia seperti mau mati, katanya. Lala takut keramas, dia cemas saat bilas matanya harus tertutup, membuka mata dalam keadaan tak bernyawa. Lala takut keluar rumah, takut mati di jalan. Lala takut ketemu orang baru, takut dibunuh.
Lala gila, ya? Bukan.. Dia sama seperti Bunga, seorang ibu yang menderita Post Partum Depression.
Namanya Bunga, seorang teman saya yang tentu bukan nama sebenarnya. Beberapa waktu lalu ia melahirkan anak pertamanya. Kalau kalian pikir dia sekarang sedang di puncak bahagia, kalian salah. Hari-harinya, saat ini, dilalui dengan penuh air mata dan rasa cemas. Berkali-kali dia harus melawan dirinya sendiri, saat pisau di dekatnya kerap dia todongkan pada bayinya. Berkali-kali pula dia nyaris kehilangan nyawa, sebab baginya, pilihan hanya dua: dia atau anaknya yang mati.
Suaminya kemana? Ada. Mereka tinggal satu rumah dan tidur satu ranjang. Hubungan mereka baik-baik saja dan keluarga mereka (kelihatannya) normal dan bahagia. Tak ada masalah, tak pula ada orang ketiga. Ekonomi keluarga sedang berada di titik baik, pun kesehatan, semua baik.
Namun Bunga tetap meneteskan air mata setiap hari, dia tetap sesungukan, menangis, dan butuh pertolongan. Ibu muda itu sebisa mungkin menghindarkan pandangannya dari pisau atau benda tajam apapun, karena bisikan jahat itu bisa datang kapanpun dimanapun. Bunga selalu tidur membelakangi bayinya, karena untuknya, berhadapan adalah drama berujung histeris semalaman.
Bunga gila, ya? Bukan.. Dia adalah ibu yang menderita Post Partum Depression.
Cerita lain datang dari Lala, lagi-lagi bukan nama sebenarnya. Satu dari lusinan perempuan yang menjadikan istri saya, tempat mencari pertolongan. Saya tak pernah mengenal perempuan ini, seperti saya tak pernah mengenal perempuan-perempuan pencari pertolongan lain yang berderet di daftar kontak hape istri saya. Yang saya tau, ada seorang ibu muda tiba-tiba menulis pesan pada istri saya di twitter. Meminta nomer hape karena dia butuh diselamatkan. Satu alarm yang membuat istri saya langsung memberikan kontak padahal belum kenal: dalam pesannya dia menyebut-nyebut Post Partum Depression.
Singkatnya, Lala dan istri saya berkomunikasi lewat aplikasi whatsapp. Lala mengaku sering mendapati tubuhnya membiru, dingin, dan gemetar. Dia seperti mau mati, katanya. Lala takut keramas, dia cemas saat bilas matanya harus tertutup, membuka mata dalam keadaan tak bernyawa. Lala takut keluar rumah, takut mati di jalan. Lala takut ketemu orang baru, takut dibunuh.
Lala gila, ya? Bukan.. Dia sama seperti Bunga, seorang ibu yang menderita Post Partum Depression.
Lala dan Bunga bukan cuma ada dua, mereka banyak. Istri saya kerap
salah menyebut nama saking banyaknya yang harus diladeni curhat. Saking
banyaknya yang tiba-tiba menelpon sambil menangis jerit-jerit. Padahal
sederet nama di kontak hape kami, hanya yang diantar takdir untuk
menemukan kami, sebagai sebut saja: penyintas Post Partum Depression.
Lala dan Bunga punya satu kesamaan, mereka merasa gila dan tak ada seorangpun yang peduli dengan itu. Termasuk suami. Orang yang setiap hari ada di samping mereka, satu-satunya manusia yang mereka harapkan dapat mengerti kondisi mereka, bergeming tak peduli. Mereka melawan sendirian, berjuang sendirian.
Lala dan Bunga punya satu kesamaan, mereka merasa gila dan tak ada seorangpun yang peduli dengan itu. Termasuk suami. Orang yang setiap hari ada di samping mereka, satu-satunya manusia yang mereka harapkan dapat mengerti kondisi mereka, bergeming tak peduli. Mereka melawan sendirian, berjuang sendirian.
Dua setengah tahun yang lalu, istri saya adalah Lala dan Bunga. Ia pernah nyaris membunuh bayi kami. Dia, pernah hidup berhari-hari di kolong kasur karena takut mati. Saya, pernah menganggapnya sakit jiwa. Saya pernah memilih diam tidak peduli. Ia pernah berjuang melawan Post Partum Depression, sendirian.
Tapi di tengah perjuangan, dia melawan dengan sangat keras. Dia mengumpulkan artikel-artikel tentang Post Partum Depression dan memberikannya pada saya, memohon agar saya membacanya seperti yang saat ini saya lakukan pada kalian.
Istri saya menekuk lutut, mengatupkan tangan, menangis, dan memohon sejadi-jadinya agar saya mau membaca dan memahami kondisinya saat itu. Karena dia tahu, hanya saya yang bisa membantunya berjuang melawan. Menurutnya, hanya saya yang mampu menyelamatkan nyawanya dan bayi kami.
Dia memeluk saya kencang, meminta setulus yang dia bisa, membasahi dada saya dengan air mata, membiarkan hati kami yang bicara. Saat itu, dia mungkin tahu, tak ada satu katapun yang dapat meluluhkan hati saya. Belum banyak pengetahuan soal Post Partum Depression beredar di masyarakat, tak ada banyak teori yang bisa dia sodorkan untuk saya. Di mata saya, dia sakit jiwa.
Dia cuma punya mata basah dan hati yang meluluh paling luluh, tanpa bicara dia memohon, dengan sangat. Hati tetaplah hati. Mata saya ikut basah, kami berpengangan tangan dan berjuang bersama-sama.
Kami, berdua, melewati hari-hari paling sulit. Saat dimana keuangan keluarga carut marut, bayi kami merindukan ibunya, pekerjaan yang menumpuk, dan istri yang terus hidup di kolong kasur sambil menangis menggerung-gerung. Kondisi istri saya semakin tak terkendali, sudah tak dapat dihitung berapa kali tinju yang dilayangkannya ke tubuh saya, tembok yang dipukuli, dan pintu yang dibanting.
Kami, berdua, menjalani titik rumah tangga paling rapuh. Andai saja saya memilih menyerah, mungkin saat ini kami tak lagi bersama. Mungkin istri atau bayi saya sudah pergi menghadap Gusti, atau kami bertiga sedang menjalani hidup masing-masing yang entah seperti apa hancurnya. Andai saja waktu itu saya memilih menyerah, tetap tidak peduli, rumah tangga kami berakhir sudah.
Kepada para suami, dimanapun kalian..
Post Partum Depression adalah serangan depresi yang menyerang ibu paska melahirkan. Pintu masuknya, adalah depresi yang lebih ringan, atau terkenal dengan nama Baby Blues. Faktanya, 80 persen ibu yang baru melahirkan MENGALAMI BABY BLUES. Jadi mari kita simpulkan, bahwa Post Partum Depression sangat mungkin terjadi pada siapapun, termasuk istri-istri kalian.
Saya mohon, dengan sangat, kalau sampai itu terjadi, tetaplah di sana. Tetaplah di sisi perempuan yang kalian ikat dengan janji suci, peluk dia, dan ikutlah berjuang. Bertahanlah, wahai para Ayah.. Saya bersumpah atas nama Tuhan, bahwa Post Partum Depression bukanlah hal yang mudah untuk dilewati sendirian. Perempuan yang memelukmu sambil berurai air mata, benar-benar butuh pertolongan.
Cari sebanyak-banyaknya artikel tentang depresi ini, konsultasikan pada dokter atau ahli, genggam tangannya erat, terus berjalan dan menangkan perjuangan. Semoga kita semua selalu sehat dan bahagia.
Salam,
Topan Pramukti
-----
Notes:
Istri saya pernah menulis tentang Post Partum Depression dari pengalamannya di sebuah forum online, tulisannya bisa dibaca di sini: Melawan Post Partum Depression
Dan, istri saya juga pernah membuat Ebook sederhana yang isinya kupas tuntas Post Partum Depresion. Dari pengalaman, hingga pencegahan dan penanganan yang ditulis oleh seorang psikolog. Gratis. Bagi yang mau, silakan tinggalkan alamat email di kolom komentar, nanti akan kami kirimkan. Tapi harap jangan minta buru-buru, karena kami tidak 24 jam di depan komputer. Semoga bermanfaat.
Ah, ya. Saya boleh minta tolong satu hal lagi? Ini khusus untuk pembaca. Artikel ini boleh dikopas, boleh di share seluas-luasnya. Tapi mohon sertakan sumbernya, karena ini menyangkut nama saya dalam tulisan tersebut. Menulis "Sumber: www.sujiwo.com" di akhir tulisan, tidak susah, kan? Mari saling menghargai.
Sampai begitu ya..? Terimakasih tulisannya jd menambah wawasan. Intinya ibu yg baru melahirkan merasa bahwa dihadapannya kini ada makhluk baru yg akan dia berikan perhatian dan kasih sayang sementara dirinya sendiri masih butuh kasih sayang dr suami. Dan belum bisa berbagi ..itu yg kurasakan ketika melahirkan anak pertama. Jd suami hendaknya perhatian ekstra sama istri pasca melahirkan
BalasHapusAllhamdulillah ada mas selamat yg selalu mendampingi ya. Keren pokoknya. Para ayah harus baca ini.
BalasHapusMewek bacanya. Pungky yang sekarang kukenal beda dengan dua setengah tahun lalu. :(
BalasHapusMudah2an sekarang banyak yang makin ngerti tentang Post Partum Depression.
Allhamdulillah... luar biasa, syukurlah mas Topan mampu mendampingi.
BalasHapusSaya mengalami jg baby blues yg lumayan parah.... menangis dan takut. Sedih dan murung menerus, kdg enggan dekat2 dgn baby krn takut. Setiap bayinya mennagis saya akan menangis lbh keras. Dan merasa sendirian... pdhl ada klrg di sekeliling saya. Allhmdulillah...terlewati
Saya pernah punya trman yg alami baby blues. Itu pun sudah membuat dia nyaris terpuruk. Beruntung dia bisa bangkit dan tidak sampai menjadi post partum depression.
BalasHapusTerima kasih sharingnya mb
Makasih mas tulisannya, saya tau nya baby blues dan iyaa pernah merasakan. Alhamdulilah terlewati dengan baik, salut dengan hubungan suami istri yang kuat, karena memang tidak ada yang tidak bisa lewati bersama
BalasHapusterimakasih sharingnya Pak. Semoga semakin luas pengetahuan para ortu ttg Post Partum Depression ini...
BalasHapusAllahu akbar.. Nangis. Asli. Semoga kita selalu dikuatkan baik fisik dan mental dengan pengertian dan hangat sehangat hangatnya pelukan suami. Allah Maha Baik :")
BalasHapusYa allah terharu sekali smoga suami2 diluar sana membacanya, sering mendengar tentang ini tapi ngsk mnyangka bgitu dahsyatnya seperti ini.
BalasHapusSaya prnh mengalami baby blues. Atau mngkn post partum depression. Alhamdulillah bs melewatinya, sndirian dgn pertolongan Allah. Krn saat itu tdk ada suami dsamping krn rmh tangga yg di ambang kehancuran. Bener2 berat dan kasian anak sya kl diinget2 lgi...
BalasHapusSaya belum menikah tapi sudah lebih dari cukup mbuat saya meleleh membaca cerita ini. Saya ga berani bersumpah tapi saya juga ga mau mengalami seperti apa yang Lala dan Bunga alami. Can't speak anymore. T_T
BalasHapusAku IBU 2 anak malah br tau ttg post partum depression ini, ah bodohnya aku. aku pikir hanya sampai pada baby blues saja, thx abundantly mas for sharing. Means a lot for me. Kebetulan aku ikut kader posyandu, sangat bermanfaat sekali sharingnya, utk menghadapi para ibu. Tuhan berkati keluarga mas Topan dan istri. Terus berbagi ya...
BalasHapusMengalami baby blues saja sudah cukup mengerikan buat saya. Terima kasih sudah berbagi ya mas...
BalasHapusSubahanalloh artikel yg sangat bagus. Thx mas topan see u @ colacap
BalasHapusBertambah lagi wawasan saya dan menambahkan deretan resiko yang dihadapi seorang perempuan. Dan semua akan teratasi jika dilalui dan dihadapi bersama. Tks infonya mas Taufan.
BalasHapusBaby blues syndrome ku gk separah itu sih. Cuma aku jd over protective sama bayiku. Dan sempet jd bertengkar dgn mertua krn beda cara asuh
BalasHapusSebenarnya post partum depression termasuk gangguan jiwa juga, namun tentu saja bukan gila/skizofrenia.
BalasHapusDan hatu-hatilah, ada yg disebut juga post partum psychosis. Ini kondisinya lebih berat dari depresi, karena ada halusinasi dorongan ingin membunuh, dsb. Harus dikonsultasikan langsung ke psikitater.
Sebenarnya post partum depression termasuk gangguan jiwa juga, namun tentu saja bukan gila/skizofrenia.
BalasHapusDan hatu-hatilah, ada yg disebut juga post partum psychosis. Ini kondisinya lebih berat dari depresi, karena ada halusinasi dorongan ingin membunuh, dsb. Harus dikonsultasikan langsung ke psikitater.
Betul sekali
HapusGangguan mood pasca melahrkan tepatnya mbk..kalau skizo kan dapat seumur hidup, PND dan post psikosis tidak menetap asal di tangani se-segera mungkin..asal disembuhkan..
HapusGangguan mood pasca melahrkan tepatnya mbk..kalau skizo kan dapat seumur hidup, PND dan post psikosis tidak menetap asal di tangani se-segera mungkin..asal disembuhkan..
HapusAkhirnya ada yang menuliskan ini. Terima kasih :)
BalasHapusMalam mas, saya berminat utk membaca ebooknya. Kalaublh di email ke paulyna.drg@gmail.com
HapusSungguh bacaan yg menggugah perasaan. Tks. Paulyna
Mba pungky.. Beruntungnya memiliki suami seperti mas topan dan anak setangguh jiwo.. Kalian sekeluarga hebat mba mas.. Jiwo pasti akan bangga baca tulisan ini kelak.. ;)
BalasHapusBermanfaat
BalasHapus2bulan pertama aku begitu juga mbak, aku jahat sama bayiku...dan aku merasa berdosa...
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusIt is heart breaking to read it. Thanks for sharing :)
BalasHapusterima kasih atas tulisannya, wajib dibaca sama semua suami. Saya menderita baby blues setelah melahirkan anak pertama, saat itu berbarengan juga dengan kondisi Payudara saya yang terkena mastitis atau radang serta area puting yang robek, yang saya lakukan setiap kali momen menyusui bersama anak saya, saya menjedotkan kepala saya ke dinding. Beruntung suami saya sangat tanggap akan kondisi saya dan alhamdulillah hal itu ga berlangsung lama. Memang supprot sistem dalam keluarga harus kuat terutama dukungan suami terhadap istrinya.
BalasHapusAku juga gitu 😂😂😂
BalasHapusTapi alhamdulillah semua bisa dilewati ya pung, om topan ^^
Alhamdulillah saya tdk pernah merasakan baby Blues ato post partum,karena ijin allah aq lbh bahagia stlh melahirkan
BalasHapusAlhamdulillah saya tdk pernah merasakan baby Blues ato post partum,karena ijin allah aq lbh bahagia stlh melahirkan
BalasHapusNice share mas,
BalasHapusBtw ada gak sih kiat2 untuk mengurangi potensi terjadinya Baby blues dan PPD?
Ada, mbak..
HapusAku pernah merangkumnya dalam sebuah ebook, ditulis oleh seorang psikolog. Kalau mau, silakan tinggalkan email, nanti aku kirim :)
Regards,
Istrinya Mas Topan
Mau donk mba email ku dianaaneesh123@gmail.com
Hapusd1v1n3_d12ag0n@yahoo.com
HapusThanks mba Pungky..
Boleh minta artikelnya kah mba pungky? mohon dikirim ke rafikahasna.dp08@gmail.com ^^ makasih banyak
Hapusmbk pungky aku jg mau mbak di email kiat2 mngurangi potensi baby blues
Hapusemail : aluvyalways@gmail.com
mba, please mau juga.. kania.ningsih@yahoo.co.id
Hapusaq juga mau donk mba pungky di email kiat2 mengurangi potensi baby blues dan PPD, terima kasih
Hapusemail : rindyyuliani@gmail.com
Boleh minta dikirimin juga e-book nya, mba pungky? Email saya nidyanaisya@yahoo.com..
HapusTerimakasih sebelumnya, mba..
saya dikirimkan juga mbak ke pru.joko.hs@gmail.com
Hapustrimakasih
Sudah dikirim ya semua.. Semoga bermanfaat :)
HapusSaya mau juga dikirimi ebooknya ke email susi.hanida79@gmail.com
HapusTrimakasih banyak ya mbak Pungky
Terimakasih juga untuk artikelnya, makin menambah wawasan sebagai seorang ibu.
Saya mau juga dikirimi ebooknya ke email susi.hanida79@gmail.com
HapusTrimakasih banyak ya mbak Pungky
Terimakasih juga untuk artikelnya, makin menambah wawasan sebagai seorang ibu.
Hai mbak, salam kenal. Jika berkenan, saya juga mau dikirimkan e-booknya. Mohon dikirim ke p.wiraputri@gmail.com. Terima kasih
HapusMbak...saya juga mau dong dikirimkan e-book nya, e-mail saya nia.mput@gmail.com
Hapusterima kasih banyak ya mba..
Mau juga diemail emailnya:
Hapusikapuspita8845@yahoo.com
Terimakasih
Mbak, aku juga mau.
Hapusaisyah.ibadi@gmail.com
Trims
Mbak, aku juga mau.
Hapusaisyah.ibadi@gmail.com
Trims
Mbak pungky, aku jg mau yaa. mellia839@gmail.com
HapusTerimakasih:)
Semoga Tuhan membalas kebaikan kalian :)
mba pungky, bisa minta dikirim ke nunik.r.apriliyani@gmail.com?makasih..
Hapusmba pungky, bisa minta dikirim ke nunik.r.apriliyani@gmail.com?makasih..
HapusMbak, mohon berkenan utk kirim ebook-nya ke alamat email saya, puri.kesuma@gmail.com
HapusTerima kasih byk..
Mba.. aku juga mau dikirimi ebooknya ke email dong.. nadnadleoni@gmail.com
HapusMakasih yaa
Mba boleh minta ebooknya? Terima kasih sebelumnya.
Hapusmama.newyear2@gmail.com
Mba, boleh dikirimi juga? renimaimun@gmail.com. maturnuwun, trima kasih banyak.
HapusMbak. Mohon kirim ebook nya ya. Ke cintabening02@gmail.com
HapusMakasih banyak.
Mbak. Mohon kirim ebook nya ya. Ke cintabening02@gmail.com
HapusMakasih banyak.
mbak saya juga mau ebooknya kirim ke surya_neta@yahoo.com.Terimakasih
Hapusmbak saya juga mau ebooknya kirim ke ndru.cilik@gmail.com
Hapusmakasih sebelumnya mbak
artikel yg keren sekali,, mbk, sAya juga mau ebookny.. klo berkenan kirim ke mighfarsaroja@gmail.com
Hapustrimaksih sebelumnya
Tulisan yang bagus banget, terimakasih sudah berbagi, dan jika berkenan, saya juga ingin baca e-booknya. Alamat email saya: rrsnshn4@gmail.com
HapusSemoga Tuhan membalas dengan berlipat-lipat segala kebaikan anda. 😊😊
Alhamdulillah Jeng Pungky dan Mas Slamet sudah melewati kondisi ini. Semoga bertiga dengan Jiwo makin kompak dalam 'menendang' dunia ya :*
BalasHapuspelajaran baru yang harus banyak dibagikan...
BalasHapusnice sharing..
saya mengalami baby blues setelah sya melahirkan anak saya .. tiap melihat memeluk nya saya selalu menangis, takut apalagi bayi saya prematur dan saya merasa sedih, sendiri .. padahal ada suami dan dia tidak menyadari apa yg saya alami .. Alhamdulillah saya bisa melewati ... semoga saya tidak pernah mengalaminya lagi apalagi sampai post partum depression ... terima kasih atas sharing nya ...
BalasHapusMakasih Mas Topan, ayahnya Jiwo dan suaminya Mbak Pungky ^^
BalasHapussharingnya buat bekal klo nanti2 mengalami hal yg serupa.
Anak saya sudah 1 tahun lebih, sepertinya karna baby blues saat baru lahir tidak benar2 sembuh, 2 bulan lalu saya seperti meledak. Bbrp kali memikirkan kematian. Tertawa dan menangis tidak jelas. Beberapa kali memilih menyakiti diri sendiri karna setiap kali marah saya ingin menyakiti anak saya. Setiap kali melihat pisau atau tali saya tergoda akan kematian. Puji Tuhan masih takut sama Tuhan, masih waras walau saya mulai ketakutan pada diri sendiri.
BalasHapusPergi ke rumah ortu saya jadi pilihan untuk bisa tetap waras. Menceritakan apa yang terjadi terutama pada adik saya.
Suami saya juga akhirnya membantu dan itu pertolongan paling utama karna setiap hari orang ketiga yg bersama saya dan anak ya suami.
Sampai sekarang saya masih ngeri membayangkan apa yang ada dalam pikiran saya saat itu. Kenapa saya bisa begitu. Masalah kecil bisa jadi begitu berat buat saya. Saya pikir saat itu saya akan gila. Benar2 kehilangan kewarasan saya.
Jadi kalau ada yg menemukan hal yang sama,segera beri pertolongan. Masalah seperti ini bukan masalah sepele.
Dapet ilmu baru nih. Makasih sharingnya. Salam buat keluarga.
BalasHapusSy juga pernah mengalaminya, dukungan keluarga sangat membantu keluar dr masalah ini.
BalasHapusSy juga pernah mengalaminya, dukungan keluarga sangat membantu keluar dr masalah ini.
BalasHapussaya sampai nangis bacanya :'( hebat mas & mba nya bisa melawati semuanya. Utk mbak pungky aku bisa minta artikelnya jg? Kirim ke ashfarina@yahoo.com kebetulan aku skrng lg hamil 4bln jd agak serem sebenernya :( makasih yaaa
BalasHapussaya baby blues dan bayi saya usia 1 bulan meninggal dalam pelukan....stlh 7 bln baru liat artikel ini post partum depresi mnjd depresi pasca trauma atau PTSD saya harus melawan sekuat tenaga...hanya ALLAH SWT penolongku...krna skg proses cerai sm suami..sungguh beruntung mbak pungky punya suami spt mas topan smoga kelak saya juga dpt pendamping hidup spt itu...aamiin
BalasHapusPost partum depression, wawasan baru u aku. Aku pikir namanya cuma babby blues aja.. ternyata ada yg lbh berat ya.. semoga bs melewati masa2 sulit ini, para ayah jg semakin mengerti lewat tulisan ini. Semoga mas dan keluarga semakin kuat yaa.. semakin saling sayang, selalu ada hikmah baik dibalik semua peristiwa. Salam. :)
BalasHapusSelamat siang Mba Pungky dan Mas Topan,
BalasHapusTerimakasih atas sharing yang sangat menarik.
Semoga bisa menjadi pelajaran untuk para pasangan yang akan menghadapi fase2 seperti ini.
Oh iya, salam kenal sebelumnya.
Nama saya Hilda (hilda.meiryandah@gmail.com), saat ini sedang menjalani pendidikan Master di Jepang.
Kebetulan dari S1, saya sudah fokus ke postpartum depression ini.
Dan penelitian saat ini pun kembali fokus ke PPD dan bagaimana meningkatkan peran suami dalam menghadapi masa pascamelahirkan.
Saya akan sangat senang sekali jika mungkin ke depannya kita bisa berdiskusi lebih lanjut untuk mengurangi risiko PPD di Indonesia dan meningkatkan kualitas kesehatan ibu-ayah-anak tentunya.
Terimakasih. :)
Baru ngelahirin 12 april kemarin, dan pernah ngerasa sedih sendiri sama alasan yg nggak jelas.. Mungkin itu namany baby blues ya.. Semoga dijauhkan dari pikiran buruk, apalagi sampe nyakitin diri sendiri n bayi.aamiin... Btw mba Pungky, saya mau e-booknya. Kalo berkenan, kirim ke email saya amyzetmaukar@gmail.com yaa :) Terimakasih ^^
BalasHapusTerimakasih atas sharingnya mbak/mas, saya sangat membutuhkan ebook tersebut. Mohon kiranya mbak/mas bisa mengirimkan ke email saya : lestari.prihandayani@gmail.com.
BalasHapusTerimakasih sebelumnya
Mungkin saya termasuk yg mengalami baby blues yah..saya sampai skrg masih blm pasti itu tergolong baby blues apa bukan ya, tp waktu itu benar2 frustrating :D
BalasHapusSetelah melahirkan anak pertama, saya lgsg beraktivitas di rumah dg pekerjaan domestik: nyapu, beres2 sedikit, cuci baju dan popok bayi setiap hari, setrika baju. Mungkin krn kelelahan atau mungkin tdk ada tempat utk berkeluh kesah (walaupun suami scr fisik ada bersama kami), di minggu kedua saya tiba2 gatal2 dan sesak napas, padahal saya tdk pernah mengalami gatal spt itu dan sesak napas spt sebelumnya (yg oleh dokter diduga asma, padahal saya tdk pernah asma). Saat itu alhamdulillah suami sgt membantu dgn mengantarkan saya bolak-balik ke dokter hingga perlahan2 keluhan saya hilang. Mungkin yg terjadi pada saya saat itu adalah baby blues, tp pikiran saya mengatakan semua baik2 saja, tdk ada yg salah dg keadaan ini. Mungkin akibatnya badan saya yg menunjukkan bahwa dia tdk bisa berbohong, sehingga membunyikan alarm berupa gatal dan sesak napas tadi.
Di sini saya mengharapkan agar para calon ibu dan calon ayah agar teredukasi mengenai baby blues dan PPD..ttg gejala dan bagaimana mengenalinya. Dan jgn pernah underestimate perasaan seorang ibu yg habis melahirkan..cobalah utk menghargainya. Perempuan butuh didengar..
Mbak Pungky, saya tertarik dgn e-book mbak. Jika berkenan, mhn bisa dikirimkan ke kartika.sari@ymail.com.
Tks in advance.
Terimakasih atas sharingnya mbak/mas, saya sangat membutuhkan ebook tersebut. Mohon kiranya mbak/mas bisa mengirimkan ke email saya : lestari.prihandayani@gmail.com.
BalasHapusTerimakasih sebelumnya
minta dikirim jg mbak ebooknya ke fermizola@yahoo.com. makasih
BalasHapusminta dikirim jg mbak ebooknya ke fermizola@yahoo.com. makasih
BalasHapusMungkin mendekat kepada Alloh jalan yg terbaik. Insyaalloh
BalasHapusMbak, blh mnta tlg sy dikirim e booknya ke yoanitapusparani@gmail.com
BalasHapusTks sblmnya
Saya mengalami saat ini setelah 4thn melahirkan..takut akan kemqtian , perasaan sedih yang tidak berujung..apakah ini baby blues atau gejala sakit y lainnya??karena memang dari sejak melahirkan suami tidak terlalu dekat dng saya dan anak..sayapun tidak terbiasa menceritakan kpda org lain..mohon e book nya dikirim k andhien.soleman@gmail.com
BalasHapusMakasih..
Mohon inbox mya di kirim ke saya jg mas .. Ini email saya lolipurnamadewi@gmail.com .. Makasih
BalasHapusTerima kasih mas sudah menulis artikel ini. Sangat berguna dan akan saya share ke suami saya.
BalasHapusApakah saya bisa dikirim ebook yang istri mas buat? Terima kasih sebelumnya. Semoga keluarga mas diberi keberkahan dan kesehatan.. Aamiin..
saya.independent@gmail.com
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusTerima kasih banyak atas artikelnya pak.
BalasHapusMohon saya dan suami juga bisa dikirimkan ebooknya di aryuniwt@gmail.com dan satiyacahya@gmail.com
Saat ini saya sedang hamil 9bulan dan ingin tau ttg baby blues dan PPD lebih detail lagi.
Terima kasih
Saya mau juga e book.nya mas.
BalasHapusEmail saya
nia.smartphone@gmail.com
Terimakasih
Bermanfaat sekali, saya baru tau hal ini, saya pikir baby blues itu sangat mengganggu dan ternyata ada yg lebih tingkatannya,,,,
BalasHapusIni email saya,,, permatathabrani@gmail.com mohon dikirim ebook nya
Terimakasih
boleh di email ke poet.holic@gmail.com...makasih
BalasHapusSaya belum menikah. Baca tulisan ini saya jadi waspada. Jadi kalo nanti saya sudah nikah, dan istri saya mengalami hal ini. Saya bisa bersiap2. Boleh dong, kirimin ebooknya ke haryo.nurtiar@gmail.com. Makasih...
BalasHapusTerimakasih sharingnya
BalasHapusMohon bisa dikirimi ebook-nya juga ke
mimruhyanto@yahoo.com
ys_dens@yahoo.com
BalasHapusSaya baru denger dan baru tau ada penyakit seperti itu, terimakasih infonya, saya mau juga ebook nya mas, email saya: sutantidarmawan@yahoo.com
BalasHapusditunggu ya...
terimakasih
Terimakasih atas tulisannya..
BalasHapusSaya minta tolong dikirimkan ke email saya daelydimple@gmail.com dan utk teman saya yg baru melahirkan anak ke-2 5 hari yg lalu, pernah punya pengalaman baby blues setelah melahirkan anak pertamanya. Emailnya astri_altha@yahoo.com.
Terimakasih
terima kasih atas sharing nya.
BalasHapusarroniry@gmail.com
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusTerimakasih ilmunya. Sya berkenan ebooknya juga mohon dikirim ke email
BalasHapusal.misykat@gmail.com
Saya seorang suami perlu tau bacaan kayak gini....mohon ebooknya ke siswoyo.gantoro@gmail.com
BalasHapusBisa dikirimi ebook nya
BalasHapusKe email : meutia.candra@gmail.com
Kebetulan saya new mom
Terima kasih
Masyaa Allaah..
BalasHapusTerima kasih sharingnya..
Jika berkenan, saya mau ebooknya, minta dikirim ke email : yupe2005@gmail.com
Mbak pungky, mas Topan kalau berkenan saya boleh minta di share juga ebook nya yah, kebetulan saat ini sy sedang hamil trimester 1,, semoga bs menghindari.. aamiin
BalasHapusAlamat email : kristiana.ismoyowati@gmail.com
Matur nuwun
mas, boleh mnta ebooknya mas, kirim ke: marfizal.risadi@gmail.com
BalasHapustrima kasih mas..
Sangat mencerahkan, bolehkah saya meminta tulisannya? Eddi.kurnianto@gmail.com
BalasHapusSangat mencerahkan, bolehkah saya meminta tulisannya? Eddi.kurnianto@gmail.com
BalasHapusSY mau ebooknya ya pak nana.fatij@gmail.com
BalasHapusSaya pun mengalami hal yang sama tiap kali pasca melahirkan.
BalasHapusAda ketakutan ketika akan melahirkan lagi dan lagii....
Padahal saat hamil, saya sangat bahagia.
Bolehkah saya ikut membaca e-book nya, kang...?
moetz.chayang@gmail.com
Haturnuhun telah berbagi, kang....
Mohon bisa dibagi juga ke isna.inawati@gmail.com
BalasHapusTerima kasih atas ilmunya.
Mohon bisa dibagi juga ke isna.inawati@gmail.com
BalasHapusTerima kasih atas ilmunya.
Sungguh diluar dugaan. Sy pernah mengalami marah pada anak kedua, pdhal diamlahir prematur dan susah sekali merawatnya. Sedih sekali ketika dia di inkubator. Tapi mudah sekali marah dan "menyiksanya". Apa saya baby blues saat itu ya?. Jika berkenan, bisa minta ebooknya di email: heni.prasetyorini@gmail.com
BalasHapusBoleh ikutan membaca ebook nya?
BalasHapusEmail saya rumahrinai@gmail.com
Pernah mengalaminya, saya pikir itu krn faktor ekonomi yg menyesakkan dada. Mohon saya dikirim ebooknya. Tks
BalasHapusennyridha.alin@gmail.com
Pernah mengalaminya, saya pikir itu krn faktor ekonomi yg menyesakkan dada. Mohon saya dikirim ebooknya. Tks
BalasHapusennyridha.alin@gmail.com
Sharing yg sangat berharga. Mohon ebooknya ya mas. Tks
BalasHapusennyridha.alin@gmail.com
Saya sedang persiapan melahirkan anak ke3, prnh mengalami baby blues justru ketika keguguran anak kedua, korbannya anak pertama yg kena imbas. Semoga ebook-nya akan bermanfaat bagi saya.
BalasHapusCita.noviana@gmail.com terimakasih
21 bulan yg lalu saya hampir bunuh diri krn stlh melahirkan bgtu bnyak mslh yg terjadi ...
BalasHapusSuami tdk percaya akan adanya baby blues ...
Dy blg saya hnya ikut2an kata org .. Krn ad tmn yg crta tntg baby blues stlh melahirkan ...
Jujur itu menyakitkan ...
Hingga kini rasa sakit 21 bulan yg lalu .. Kejadian2 yg lalu msh sgt terekam didlm hati saya ...
Mohon bantu saya dgn kirim ebook nya ke lionelmarc13@gmail.com
Masyaa Allah.. ilmu baru buat saya. Terima kasih atas sharing nya.
BalasHapusSaya juga mau ebooknya. Mohon dikirim ke sekar.tawang@yahoo.com
Thanks in advance.
Salam, Pak.
BalasHapusBoleh minta tolong dikirimi ebooknya pak.
ismiy.isnaynie@gmail.com
Mba, saya juga mau dong dikirimin ebooknya..kirim ke yulia.sdiman@gmail.com ya
BalasHapusPak saya mau ebooknya
BalasHapusHasanahmauidlotul@gmail.com
Saya mau ebooknya mas, mohon kirim juga ke email saya ya di winwid3@gmail.com
BalasHapusTerima kasih
Pak saya mau ebooknya
BalasHapusHasanahmauidlotul@gmail.com
Tolong kirim ebooknya
BalasHapusluckyud7@gmail.com
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusMas, terima kasih sharenya, sepupu saya juga mengalami ini, mohon dikirimi ebooknya ya mas ke email shinta dot kiara at gmail dot com, terima kasih, salam buat istri mas ya
BalasHapusMohon dikirim ebooknya ke bonydins@gmail.com
BalasHapusTerimakasih sebelumnya
ppd ya..teman saya juga prnah mengalami,,terimakasih sharingnya n mohon ebooknya juga ya pak. looknice10@gmail.com
BalasHapusSaya juga berminat ebook nya, mohon email saya di babyhaerani@gmail.com
BalasHapusTerima kasih
Boleh minta email ebooknya ke audah.mpsi.gmail.com
BalasHapusTerimakasih banyak sebelumnya pak...
sya minta aditdin@gmail.com
BalasHapusSaya bukan Ibu, tapi saya rasa-rasa kalau ciri-cirinya begitu saya juga pernah mengalami ini. Tepatnya setelah kelahiran anak kedua, di mana selisihnya hanya 11 bulan dari anak pertama. Sering marah-marah tanpa sebab, sempat pula punya pikiran melakukan hal di luar batas. Istri saya sepertinya adem-adem saja, tapi entahlah saya tidak bisa melihat dalamnya hati orang.
BalasHapusInsya Allah ebook-nya Mbak Pungky akan bermanfaat bagi kami. Tolong dikirimkan ke alamat email eko.nurhuda@gmail.com. Barakallah...
Mau dunk mba ebook.ny
BalasHapusKebetulan waktu lahiran anak pertama, mungkin sy mengalami baby blues. Klo ditinggal suami kerja gt, sediihh bnget serasa kesepian. Trus liat anak, serasa biasa aj, ga bahagia. Palagi ASIny jg sulit keluar dan anakny alergi susu sapi. Semoga aja kelahiran anak berikutny jauh lbih bahagia dan ga ngalamin baby blues apalagi post partum depression.
Email sy ika_mariya@yahoo.co.id
Artikelnya bagus banget..klo boleh sy minta dikirimkan ebook nya ke diniadzka@gmail.com
BalasHapusTrimakasih tulisannya mas topan. saat ini saya sdg hamil, dan sering merasa khawatir dan gelisah menghadapi proses lahiran nanti dan setelah melahirkan. Saya merasa takut, pdhl hal itu belum saya hadapi. utk menghindari ppd, saya mau baca ebooknya mbak pungky.. tlg dikirim ke email saya ya, sherauhuy@gmail.com
BalasHapusthanks.
saya pernah mengalaminya waktu anak pertama. Baby blues, dan saat saya merasa ada sesuatu dengan anak saya saya dianggap terlalu berlebihan. Terlalu khawatir dengan kondisi anak saya. Dan pada akhitnya kekhawatiran saya terbukti, anak kami mengalami cedera otak (celebral palsy) saya masih merasa disalahkan atas kondisinya. Ya karena saya yang mengandungnya. Saya masih terus berjuang untuk anak saya sampai nafas ini berhenti.
BalasHapusSaya mau ebooknya mbak, email saya
aisahtri@ymail.com
Terimakasih
Terima kasih atas sharingnya. Saya juga boleh minta e book nya ya pak,mohon emailkan ke saptiana.m@gmail.com. terima kasih.
BalasHapusboleh e-booknya k lesmana@bps.go.id
BalasHapusterima kasih sebelumny
Mbak mohon berkenan kiranya untuk mengirimkan ebook ke alamat email saya. andrea.baex@gmail.com. terimakasih sebelumnya...
BalasHapusSubhanallah,, perjuangan yg luar biasa.
BalasHapuschadhuy@gmail.com
Mau ebookny jg y mb :)
BalasHapusenxy.tjute@gmail.com, terima kasih :)
Mbak saya juga mau ebooknya juga...untuk menambah pengetahuan tentang ppd...
BalasHapusshakila2010.sa@gmail.com
Ya Allah...
BalasHapusBerarti 2 Kali Kelahiran Itu Aku sempet baby blues. Aku malah ga tau, T,T.
Baik lah mari share ke suami, demi menghadapi Kelahiran kedua.
Tfs ya, Om Topan ;)
Mba kalo boleh saya mau donk dikirimi ebooknya ttg ppd : adedepok@gmail.com
BalasHapusMatur nuwun
Tidak ada tempat berkeluh kesah, ada perasaan dekat dengan kematian, merasa sesak nafas namun tidak ada masalah fungsi jantung, dirasakan setelah melahirkan. mohon bila berkenan saya ingin dikirimi e book PPD ke email: endahnurkhalida@gmail.com
BalasHapusterima kasih
Saya baru dengar tentang Baby Blues dan PPD, betul2 nice info.
BalasHapusSaya ingin belajar lebih jauh, mohon dikirim ebooknya ke kang_uwais@yahoo.com.
Terima kasih banyak.
Istri saya sedang hamil anak kedua kami. Buat jaga2, saya minta dikirim ebooknya..saya jg ingin baca2.. Trims.
BalasHapusEmail: rizal_arfianto@yahoo.com
Istri saya sedang hamil anak kedua kami. Buat jaga2, saya minta dikirim ebooknya..saya jg ingin baca2.. Trims.
BalasHapusEmail: rizal_arfianto@yahoo.com
Halo saya mau infonya. Email: diana_22_dee@yahoo.com terima kasih
BalasHapusHalo saya mau infonya. Email: diana_22_dee@yahoo.com terima kasih
BalasHapusMohon dikirim ebooknya ke yamaqhie@gmail.com
BalasHapusTerimakasih.
Semoga semua diberi kesabaran dan krsehatan yang baik ya
Mas aq mau ebooknya, email: sasi.april@gmail.com, tetimakasih
BalasHapusHarus di share, sundul webnya, maju terus mas..
BalasHapusHarus di share, sundul webnya, maju terus mas..
BalasHapusMohon di email ebooknya ke poenya.yolanda@gmail.com
BalasHapusTerima kasih
Saya mau donk dibagiin wawasannya melalui ebook itu... sama artikel ttg pencegahan" baby blues dan semacamnya.... ini alamat email saya : Joanacatherina@gmail.com
BalasHapusterimakasih utk hal yg bermanfaat ini. Wassalam ��
Mba boleh bagi ebook nya ke wowrosawow@gmail.com matur nuwun.
BalasHapusMba boleh bagi ebook nya ke wowrosawow@gmail.com matur nuwun.
BalasHapusMba boleh bagi ebook nya ke wowrosawow@gmail.com matur nuwun.
BalasHapusTerimakasih sudah Sudi membagikan pengalaman berharganya. Saya masih bujang, tapi tak salah jika ingin membaca ebook yang sudah diracik. Kirim ke email jidat@yuda.my.id
BalasHapusSemoga keluarga kita selalu diberi kesehatan dan keselamatan.
terimakasih share-nya kang...
BalasHapusjika berkenana mohon di share ebook-nya ...
grow.suryana@gmail.com
Artikel ini bermanfaat sekali :)
BalasHapusIlmi baru buat saya, mohon referensinya dalam bentuk ebook ya pak email saya anis.mahfiroh99@yahoo.com thanks
BalasHapus'It needs a village to raise a happy kid, and it (also) needs a village to raise a happy Mom' :)
BalasHapusMohon kirim ebooknya ke email saya mi2radamayanti@gmail.com dan suami saya marwan0885@gmail.com mas Topan, terima kasih :)
Saya sepertinya tidak bisa terbuka bercerita disini apa yang saya alami karena hampir saja menghancurkan segalanya. Dan sampai sekarang masih membekas dan teringat seumur hidup. Mba punky boleh share e book nya juga ke email saya : ndank.ui@gmail.com.
BalasHapusTerima kasih.
Tlg ay diemailkan k swadaruseliza@yahoo.co.id
BalasHapusAku pernah mengalami baby blues saat anak pertama berusia seminggu. Untunglah bisa segera diatasi karena suamiku cepat tanggap saat aku membutuhkan perhatian. Alhamdulillah saat kelahiran anak kedua aku terbebas dari baby blues maupun PPD karena aku sudah siap jiwa-raga-fisik-batin menyambut kehadiran si Kecil meski itu bukan hal mudah bagiku secara fisik.
BalasHapusMohon kirim e-book ke frida.herlina@gmail.com
Semoga berguna untuk adikku yang akan melahirkan di bulan ini.
Thanks for sharing, Mas Topan & Mbak Pungky.
s03pri@gmail.com
BalasHapussmoga berkenan...
alhamdulillah pengetahuan buat saya...dan semoga dihamil sy yg pertma ini menjadi lbh mawas..semoga tdk terjdi pada saya...mas boleh saya minta ebooknya... prita.fatma@gmail.com terima ksihb bnyk
BalasHapusalhamdulillah pengetahuan buat saya...dan semoga dihamil sy yg pertma ini menjadi lbh mawas..semoga tdk terjdi pada saya...mas boleh saya minta ebooknya... prita.fatma@gmail.com terima ksihb bnyk
BalasHapusalhamdulillah pengetahuan buat saya...dan semoga dihamil sy yg pertma ini menjadi lbh mawas..semoga tdk terjdi pada saya...mas boleh saya minta ebooknya... prita.fatma@gmail.com terima ksihb bnyk
BalasHapusPostingan yg mencerahkan. Mau dong Mas Topan-Mak Pung ebooknya. Emailku ardiba2@gmail.com.
BalasHapusMas,mbak
BalasHapusAlhamdulillah semua berakhir baik ya, saya/istri tidak pernah mengalami, tapi ingin sekali tahu mengenai baby blues-post partum syndrome.. bila berkenan, mohon di-email ke eka.ridzki12@gmail.com
Terima kasih
rasanya saya setelah melahirkan saya jg mengalami baby blues,saya merasa sangat kaget ketika melahirkan bayi pertama,stelah bekas sc yg msh terus sakit,bayi yg sllu terbangun tengah mlm sampai subuh, asi yg tdk lancar,suami yg kerja diluar kota dan yg sangat mrmbuat saya paling down adalah ibu saya yg trnyata sangat tdk perhatian dg kehadiran cucu barunya,saya hanya ditemani seorang pembantu yg hanya lulus smp,dia lah yg sll menemani saya begadang,mengajarkan saya cara menggendong dan mengambil alih bayi saya ketika dia mulai rewel,krn saya lbh sering menangis,bingung dan rasanya ingin pergi saja dr rumah,tetapi alhamdulillah saya bsa melewatinya dan tdk sampai trbersit dihati saya utk melukai diri sndiri ataupun ank saya,kpd para newmom tdk lah mudah mjd seorang ibu sll ingat kpd Allah,memohon kpd Nya agar sllu dberikan kesabaran ketabahan kemampuan dan kelancaran dlm mengasuh dan merawat anak2 kita,semangaaaatt para newmom!!! 😊😊
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusTrima ksh mba sm mas yg sdh share pngalmanx.. Sepertix sy jg mngalami baby blues saat mlahirkn anak 1.. Krn pkerjaan RT yg mnumpuk& hrus jaga si kecil sndirian tnpa bntuan dr suami mka mbuat sy sdkit depresi& sering marah2 ke baby klw dia rewel n seting nangis klw si baby nangis.. Skrg lg mnunggu lahiran anak ke 2.. Jika brkenan, sy minta d kirimkn ebook nya jg mba di.. Arnyanthi33@gmail.com
BalasHapustrima ksh sblumx..gb
terimakasih atas sharing artikenya, mas/mbak. jika berkenan saya mohon dikirimkan ebooknya me rahmisafarina@gmail.com
BalasHapusterimakasih sblmmya
Pung.. Mas Topan.. Aku dulu sekitar 2 minggu mengalami baby blus, stres mendengar Noofa nangis, stres karena harus memyusui setiap 2 jam sekali. Tapi aku lupa bagaimana sadarku, yamg aku imget aku dulu baca artikel ttg babyblues di mana anak butuh ibu. Suami nggak ada, di Semarang. Aku menguatkan diri sendiri.
BalasHapusMakasi sharing nya mas topan
BalasHapusade_widanti@yahoo.com
Sangat bermanfaat artikelnya..jika berkenan saya mau dikirim ebook nya
BalasHapusinke_riyanfitriya@yahoo.co.id
Terima kasih atas ilmunya. Ini Mbak/Mas, e-mail saya: audreysaudjhana16@gmail.com
BalasHapusTrima kasih atas artikelx. Menambah ilmu yg tdk ddpt dbangku sekolah/kuliah.
BalasHapusMohon kami dkirimi Ebookx : ardiansyahsiajang@gmail.com.
Trima kasih
Ofiehumaira@gmail.com
BalasHapusBagi ebooknya donk....
Ofiehumaira@gmail.com
BalasHapusBagi ebooknya donk....
Terima kasih mas & mba atas sharingnya, jika mba berkenan, saya ingin berdiskusi soal PPD ini, kira-kira melalui media apa? Boleh saya minta dikirim sekalian ebook nya ke email saya irsaprilia@gmail.com
BalasHapusTerima kasih banyak..
Terima kasih ilmunya mas.. penting buat saya yang insyaAllah akan menjadi ibu. Mba/mas.. jika berkenan saya mau dikirimkan Ebooknya.. ke alamat email nirsamanda@gmail.com
BalasHapusTerima kasih
Terimakasih....pengetahuan baru buat saya. Semoga Pungky sekeluarga selalu sehat dan bahagia.
BalasHapusTrims. Info yg sangat bermanfaat sekali ... kl berkenan saya dikirimi artikelnya. Email saya yksstradap2@gmail.com
BalasHapusTrims. Info yg sangat bermanfaat sekali ... kl berkenan saya dikirimi artikelnya. Email saya yksstradap2@gmail.com
BalasHapusSangat bermanfaat,mohon dishare ebooknya ke alamat email alin_mulya84@yahoo.com
BalasHapusTerima kasih atas pencerahannya, saya ingin ebooknya pak, mohon dikirimkan ke iqbal1910@gmail.com
BalasHapusTerima kasih
Intiny baby blues itu akan sembuh dgn sendiriny dgn 1 syrat tetp mendkatkan diri sma allah swt,,krjsm antr suami istri hrus la kuat,,suami sgt berperan penting dlm penyembuhan baby blues ne,,smg kita mnj ibu2 kuat dlm membesarkan dn mendidik anak2 kita,,amin
BalasHapusBoleh mas email ke saya: dody_gunardi@yahoo.com
BalasHapusTerima kasih banyak ya.
mohon dikirimkan ke basalamah.ismail@gmail.com , terima kasih banyak sebelumnya
BalasHapusMas tlg email ke saya..
BalasHapusindah_u@ymail.com
Mas tlg email ke saya..
BalasHapusindah_u@ymail.com
Mas tlg email ke saya..
BalasHapusindah_u@ymail.com
Tolong email ebook ke arkanrese@gmail.com
BalasHapusTrims :)
Bagus bgt artikelny...boleh minta ebookny...email sy di merryta.christiana@gmail.com
BalasHapusriririana81@gmail.com,,,,mas tlg kirim jg ke email aq yaaaa
BalasHapus