Arkadia. Diberdayakan oleh Blogger.

Bersamamu, dari Nol


Saya dan Pungky, lahir dan besar di tengah keluarga yang berada. Tidak kaya raya, tapi sejak kecil, apa yang kami mau selalu ada, selalu cukup. Saat menikah, kami memutuskan untuk sedikit demi sedikit lepas dari bantuan orang tua. Membangun rumah tangga dengan tangan kami sendiri. Sebelumnya kami adalah dua anak yang serba ada, kemudian setelah menikah menjadi sepasang suami istri yang memulai semuanya, dari nol.

Saya kira gampang. Saya sudah hidup selama 26 tahun waktu itu, mengarungi macam-macam kehidupan, dari yang tinggi sampai yang nadir. Jadi kalau cuma membangun rumah tangga, pastilah pekerjaan sepele. Kenyataannya jauh sekali. Menjalani pernikahan itu, the biggest leap in a mans life. Semuanya serba asing, serba kejutan, serba membuat saya kewalahan.

Sebelum meminta Pungky menjadi istri, saya pernah janji pada diri sendiri, saya tidak akan jadi laki-laki yang mengajak pasangannya hidup susah. Saya tidak pernah meminta Pungky mau diajak susah, tidak memintanya untuk bersiap mengarungi badai. Tapi dalam pernikahan, kejutan itu nyatanya terjadi setiap saat. Saya dan Pungky pernah diterjang bukan sekedar badai, namun kiamat kecil yang sukses membalikkan perahu kami di tengah laut lepas, dan menghanyutkan kayu-kayunya jauh sekali. Kami berenang dalam ketidaksiapan, nyaris saja tenggelam.

Menjadi Working Mom! Ugh..


Jadi kan, saya sudah 3 bulan ini banting stir jadi working mama. Iya, sist, saya kerja kantoran dan jam kerjanya beneran ketat dari pagi sampai sore. Malah prakteknya, saya sering baru keluar kantor sangat malam. Dari ibu rumah tangga yang 24 jam full di rumah, sekarang saya adalah perempuan yang 9 jam waktunya habis di kantor. Nah lho gak tuh.

Gimana?

Ya gak gimana-gimana hahahaha. Saya ceritain dari Jiwo ya. Jiwo biasa aja, dia nerima dan enjoy sama perubahan kebiasaan ini. Dia kami titipkan di tempat yang baik, banyak temennya, lebih banyak kegiatan daripada waktu sama saya doang di rumah seharian.

Saya nggak pernah minta maaf ninggalin dia buat kerja. Nggak mau. Karena kerja itu nggak salah, mengalihkan pengasuhan dia ke orang lain buat kerja juga bukan kesalahan, jadi kenapa harus minta maaf.

Saya juga nggak ijin yang gimana-gimana, saya nggak mau dia menganggap kalau ibu kerja itu sebuah hal yang butuh pemakluman ekstra dan harus dimaafkan. Jadi sebelum berangkat hari pertama, saya cuma bilang berkali-kali kalau saya akan kerja seperti bapaknya. Dia akan menghabiskan harinya di tempat lain, nggak di rumah. Dia akan lebih banyak sama orang lain, nggak sama saya lagi.

Wah Ini Dia Para Pemenang Giveaway Blog Jiwo!



Satu sore di akhir September, sebuah surat datang dari Sumba. Untuk Jiwo, cah bagus.. Isinya cerita tentang senyum-senyum kecil di sana, tentang bahagia yang sederhana, dan inspirasi tentang berbagi dan memberi.

Saya senyum asem, ya ampun, kapan terakhir saya berbagi? Lupa. Nyisihin 2,5% dari penghasilan itu? Duh iya bulan ini belum. Kegaplok bolak balik rasanya, best moment ternyata bukan cuma tentang diri kita. Tapi juga tentang orang lain, tentang senyum orang asing yang bahkan nggak pernah kita kenal sebelumnya. Best moment kita, bisa jadi adalah tentang kebahagiaan dunia di sekitar kita.

Blog Jiwo Bagi-bagi Hape: Giveaway My 2018 Best Moment




Saya dan Pungky memang sejak dulu sama-sama suka menulis, tapi, nggak pernah ada dalam bayangan saya bakal jadi penulis yang punya karya. Saya kecemplung menjadi penulis karena pekerjaan saya sebagai jurnalis, sedangkan Pungky, dia sih tukang curhat di buku diary sejak sekolah.

Saya sebenarnya sudah lama ingin punya buku sendiri, tapi tidak pernah percaya diri. Pungky juga, dia pernah cerita kalau mimpi sekali punya buku sendiri. Dipajang di toko buku, tertulis namanya di halaman depan. Tapi seperti saya, mimpinya tidak juga kesampaian. Padahal sudah beberapa penerbit yang menawarkan dia membukukan tulisannya, tapi nggak ada yang dia iyakan. Katanya, belum saatnya. Hatinya bilang, waktunya belum pas di hati.

Terimakasih, Sujiwo Arkadievich



Jiwo, ini ibu..

Dulu, mana aku tau, kalau kelahiranmu akan membawaku pada hidup yang sungguh baru. Benar-benar baru. Dulu, yang aku tau, aku menulis banyak-banyak untuk dibaca kamu. Aku menulis sering-sering untuk mengabadikan setiap langkah kecilmu. Supaya kamu tau, aku begitu mencintai kita.

Hari ini, cerita-cerita itu bukan lagi hanya milik kita. Gusti dan semesta mengantar kita pada takdir yang lucu, tapi seru. Kehadiranmu, bocah Peloponessus, membawa aku dan suamiku menjadi penulis buku. Dengan kamu sebagai tokoh utamanya. 

#JepretanJiwo: Bermain Focusing bersama Octonauts!


Jiwo udah gape kalau soal megang DSLR, dia udah ngerti cara nyalain, matiin, mencet shutter, melihat hasil gambar, sampai cara meletakan yang enggak bisa sembarangan. Udah paham deh, megangin dia kamera mahal gitu, saya nggak pernah khawatir karena tau nggak bakal dibanting apalagi dilempar-lempar.

Buat ngedampingin minatnya yang satu ini, saya dan mas suami jadi sering meladeni dia latihan motret. Tadinya dia jeprat jepret ya diemin aja bodo amat, makin hari makin liat dia seneng main kamera, akhirnya kami arahin. Kami kasih tema belajar. Biar nggak tersesat kek jalan asmara. Yailah.

Tidur Dimana Aja


Asli dah ini anak, hahahahaha, itu foto dia kemarin, waktu kami pulang dari curug dan dia ngantuk berat. Tapi di rumah nggak masak, jadi kami mampir warung bakso dulu buat makan siang. Karena ngantuknya udah di ujung banget, sampe warung, dia glepor aja gitu hahahaha posisinya pun nggak pilih-pilih dulu. Gletak langsung pules :))))

Beneran pules yang sampe mangap ngiler, padahal cuma saya tinggal mesen ke mbak baksonya. Rame itu banyak orang lalu lalang, pinggir jalan juga berisik motor. Ya gitulah Jiwo, bisa tidur dimana aja beneran dimana aja. Pelor bet kek bapaknya.

Jiwo Bertanya, Ibu (Pusing) Menjawab (Edisi Natal dan Tahun Baru)


Jadi akhir tahun kemarin kami staycation di Aston Imperium Purwokerto. Trus karena namanya hotel kan, jadi dekorasinya bertema natal dan tahun baru. Sebelum staycation itu kami sempat ke mall, dan sama, dekorasinya juga begitu. Malah kalau di mall mah ada pohon natal segede rumah. Yaudahlah wasalam, kena lagi dah gua harus memasuki sesi "Jiwo bertanya, ibu (PUSING) menjawab. Toloooong..

Doa Jiwo yang Terkabul; Menginap di Aston Imperium Purwokerto


Di kota kami ada banyak hotel, tapi cuma satu yang selalu mencuri perhatian Jiwo; Aston Imperium Purwokerto. Soalnya hotel ini yang selalu kami lewati setiap mau ke kantor bapak, kalau mau ke mall juga. Sudah nggak kehitung berapa ratus kali kami berhenti di lampu merah depan hotel, dan Jiwo merengek minta nginep di sana. Kami selalu bilang kalau nginep di sana itu mahal, Jiwo harus berdoa banyak-banyak, minta sama Tuhan biar ibu sama bapak dikasih rejeki biar kita bertiga bisa bobo di hotel itu.

Kalau sudah begini, masih di lampu merah yang sama, Jiwo akan menatap bangunan Aston yang tinggi menjulang di hadapannya, dan bilang, "Ya Allah Jiwo mau nginep di hotel..".