Arkadia. Diberdayakan oleh Blogger.

Bersamamu, dari Nol


Saya dan Pungky, lahir dan besar di tengah keluarga yang berada. Tidak kaya raya, tapi sejak kecil, apa yang kami mau selalu ada, selalu cukup. Saat menikah, kami memutuskan untuk sedikit demi sedikit lepas dari bantuan orang tua. Membangun rumah tangga dengan tangan kami sendiri. Sebelumnya kami adalah dua anak yang serba ada, kemudian setelah menikah menjadi sepasang suami istri yang memulai semuanya, dari nol.

Saya kira gampang. Saya sudah hidup selama 26 tahun waktu itu, mengarungi macam-macam kehidupan, dari yang tinggi sampai yang nadir. Jadi kalau cuma membangun rumah tangga, pastilah pekerjaan sepele. Kenyataannya jauh sekali. Menjalani pernikahan itu, the biggest leap in a mans life. Semuanya serba asing, serba kejutan, serba membuat saya kewalahan.

Sebelum meminta Pungky menjadi istri, saya pernah janji pada diri sendiri, saya tidak akan jadi laki-laki yang mengajak pasangannya hidup susah. Saya tidak pernah meminta Pungky mau diajak susah, tidak memintanya untuk bersiap mengarungi badai. Tapi dalam pernikahan, kejutan itu nyatanya terjadi setiap saat. Saya dan Pungky pernah diterjang bukan sekedar badai, namun kiamat kecil yang sukses membalikkan perahu kami di tengah laut lepas, dan menghanyutkan kayu-kayunya jauh sekali. Kami berenang dalam ketidaksiapan, nyaris saja tenggelam.