tanggal 5 oktober, jam 5 subuh.
saya bangun karena kaget dengan kedatangan suster yang akan melakukan periksa dalam lagi. masih dalam keadaan suami yang tidur seranjang dengan saya di kamar rumah sakit dengan mulut terbuka dan iler kemana-mana. hahaha. suster memeriksa dalam dan bilang kalau pagi ini saya sudah bukaan 6. saya deg-degan. peristiwa paling wow dalam hidup kami akan segera terjadi.
saya disuruh mandi, sarapan dan jalan-jalan untuk memperlancar pembukaan dan persalinan. apa mau dikata. walaupun saya ingin melahirkan dalam keadaan benar-benar bersih, tapi sakit perut mahadahsyat ini membuat saya hanya sanggup terkulai lemas dikasur sambil sesekali nungging-nungging kalau sakitnya sedang menjadi. dan pagi ini saya menemukan kalau kemaluan saya mengeluarkan banyak darah dan lendir. saya semakin deg-degan. ini pertama kali saya mengalami yang seperti ini. dan saya masih akan menghadapi kejutan-kejutan lainnya hari ini.
jam 12 siang, dokter datang dan saya kembali diperiksa dalam. sudah bukaan 8. dokter meminta suami saya menyiapkan segala keperluan karena sudah saatnya saya dipindahkan ke ruang eksekusi. ruang eksekusi? hahaha saya menyebutnya begitu. horor ya? iya memang. karena kenyataannya bukan horor lagi. tapi horor buanget. ruangan tempat saya bersalin itu sebelas dua belas sama ruang operasi rumah sakit. dengan lampu yang menyorot bagaikan pembedahan akan dilakukan sebentar lagi. aaaaak.
suami saya membawa perlengkapan bersalin saya dan ikut ke dalam ruang bersalin. perlengkapan bersalin? iya, alat tempur yang memang sudah lama kami siapkan untuk menghadapi proses persalinan ini. air mineral sebotol besar, dua smartphone (masing-masing pegang satu), kamera DSLR (niatnya sih untuk mengabadikan detik pertama hidup anak pertama kami), kain jarik (untuk leyeh-leyeh setelah persalinan), dan segambreng doa karena saya bener-bener di puncak rasa takut. hahahaha jangan heran. alat tempur kami memang gak ada yang penting. ya begitulah memang pasutri yang satu ini.
jam 2 sore sakit saya semakin menjadi. rasanya itu seperti mau mati. eh. saya belum pernah mati. tapi kalau puncaknya rasa sakit itu ketika akan mati, ya begitulah kira-kira rasanya. pokoknya sakit. sakit sampai-sampai seluruh badan saya kecuali perut mati rasa. saya bawaannya cuma mau ngeden ngeden dan ngeden. dokter menyuruh saya atur napas dan jangan ngeden dulu karena bisa membuat rahim bengak. saya gak peduli. yang paling enak cuma ngeden. saya terus ngeden. enak. terasa sedikit lega di perut.
jam (saya udah gak tau waktu lagi) saat suster datang untuk mengganti daster bau keringat saya dengan kostum melahirkan. baju ala rumah sakit yang belakangnya kayak sundel bolong. aneh ya? kan lahirannya lewat depan, kenapa belakangnya yang bolong. iya, saya sempat mikirin ini, tapi itu akan saya bahas nanti. karena emang super sangat gak penting. hahaha.
saya terus-terusan ngeden sampai dokter datang dengan peralatan tempur ala dia yang sumpah horornya dua kali lipat dari ruang eksekusi ini. di tangannya lengkap perlengkapan bersalin dan sebuah gunting bedah yang katanya akan digunakan untuk merobek si kemaluan saya kalau-kalau jalan lahirnya sempit. eng ing eng. saya kontan langsung nangis. iyalah, sakit perutnya aja udah sampai bikin jungkir balik, masa harus ditambah sama acara gunting menggunting selangkangan? gak sekalian gunting, tempel, terus mewarnai?
Tidak ada komentar