Arkadia. Diberdayakan oleh Blogger.

Gizi Tepat untuk Bayi Hebat


Lahir dengan berat 4,5 kilo, saya kira Jiwo otomatis jadi bayi sehat sekaligus bergizi sangat cukup. Lho ya iya, keluar dengan bobot di atas rata-rata bayi pada umumnya, saya jelas merasa sombong sekaligus tengil. Bayi saya bisa lahir besar begitu, kan berarti gizinya tercukupi. Waktu di rumah sakit, Jiwo berjejeran dengan bayi-bayi lain yang ukurannya hampir setengahnya, woh saya tengilnya jangan ditanya. Merasa itu bayi-bayi lain kurang gizi karena lahir kecil dan kurus. Anak saya gendut, besar, gembil dan rambutnya lebat. Beuh..


Tapi ya begitulah saya ya, tengilnya selangit tapi suka sok pinter. Hahahaha ternyata kelahiran Jiwo dengan berat di atas rata-rata itu membawa serta sebuah catatan penting untuk saya dan suami. Usia 0 – 6 bulan, saya masih tenang karena masih merasa jumawa anak saya gizinya pas. Jelas dong, Jiwo kan ASI eksklusif sampai 6 bulan, jadi saya yakin betul gak ada masalah sama asupannya. Nah.. eng ing eng deh waktu dia usia 10 bulan, masuk rumah sakit karena diare. Pas cek laboratorium, yang bahaya ternyata bukan diarenya, melainkan Jiwo selama ini memiliki angka gula darah yang cukup tinggi. Saya langsung lemes, boro-boro tengil, cengengesan pun ku tak sanggup :)))
Lahir dengan bobot 4,5 kg. Dulu tengil, sekarang gak lagi xD

Angka gula darah yang tinggi ini, adalah catatan penting yang Jiwo bawa saat lahir. Waktu hamil, saya ini ibu ibu separuh predator, apa aja dimakan. Berat badan saat hamil naik sampai 30 kilo, gak peduli. Jadi jiwa rakus saya berakibat anak lahir besar bukan karena gizinya sangat cukup, melainkan gula darahnya tinggi karena asupannya tidak seimbang. Makan tuh tengil! Muahahahahahaha

Sebenernya, gula darah ini bisa distabilkan saat ASI eksklusif itu. Jadi, dokternya bilang, Jiwo memang punya bakat gula darah tinggi, tapi harusnya saat itu sudah stabil karena 6 bulan hanya ASI. Nah, terus dokternya memandang saya dengan penuh curiga, dia nanya tiga bulan ini Jiwo makan apa saja sebagai MPASI. Saya cengengesan. Dengan sangat percaya diri, saya menjelaskan pola makan MPASI Jiwo selama ini. Dokter nanya “Sekali makan satu mangkok penuh?”, saya mengangguk. “Nasinya satu centong?”, saya angguk lagi. Terakhir yang paling bikin mukanya berubah sebel, “Serius bu, sehari bisa makan 6 porsi?”, saya mengangguk mantap. Kami bertatapan, gak lama dokternya geleng-geleng.

Waktu itu saya masih merasa anak saya makannya rakus dan pas. Tapi cek laboratorium hari itu, menyadarkan saya kalau memberi makan bayi itu harus pas gizinya, bukan pas kenyangnya. Gak perlu berlebihan, tapi gak juga kekurangan. Paling penting adalah keseimbangan gizinya, bukan kuantitas porsinya. Percuma makan banyak tapi gizinya gak seimbang, yang ada anak hanya akan mengalami gizi salah. Menurut data Global Nutrition Report (2014) nih, gizi salah adalah masalah yang banyak terjadi di Indonesia. Gizi salah ya, bukan gizi buruk. Jadi, pemberian gizinya salah, bisa kebanyakan atau kekurangan suatu zat gizi tertentu. Duh, Jiwo banget, kebanyakan karbohidrat :(



1000 Hari Pertama Kehidupan
Pentingkah untuk diperhatikan? Penting banget! Pernah dengar 1000HPK? Sebuah rekomendasi untuk pemenuhan gizi bayi dan balita, singkatan dari 1000 hari pertama kehidupan. 1000HPK inilah kita harus sangat sangat sangat sangat (sampe empat tuh saking pentingnya) memperhatikan APAPUN yang masuk ke tubuh si kecil. Kenapa? Karena 1000 hari itulah masa emas perkembangan tubuh dan otaknya. Istilahnya nih, di 1000 hari itu yang akan menentukan bagaimana tubuhnya sepanjang hidup. Yap, 1000 hari pertama itu menentukan seumur hidup.

Kok bisa? Oh iya, karena perkembangan otak sedang maksimal saat itu, beneran masa emas deh! Dan paling penting, pertumbuhan di 1000 hari pertama itu tidak akan terulang. Jadi, kalau baru mau mulai memperbaiki gizi di lain waktu, hasilnya tidak akan bisa sama dengan 1000 hari pertama itu. Nah, kalau sampai 1000 hari pertama itu anak mengalami gizi salah, maka bisa memberikan efek jangka panjang dengan resiko buruk. Seperti stunting (pendek atau sangat pendek), tingkat kecerdasan rendah, gangguan perkembangan kognitif, sampai terjangkit penyakit tidak menular (diabetes, jantung koroner, stroke, dll). Hiy, ngeri ya? *usap perut* *ketok meja*

Makanya, saya sekarang jadi super-perhatian sama asupan untuk Jiwo. Saya mau menebus kesalahan saya di empat bulan pertama masa MPASI nya. Gak mau lagi asal ngasih makan banyak, asal kenyang. Saya jelas gak rela anak saya gizi salah. Jadi, sekarang saya berusaha membuat asupan Jiwo pas dan seimbang dalam porsi. Setiap hari, WAJIB punya menu yang mengandung karbohidrat, protein dan serat. Semuanya dengan porsi yang pas. Ya mustahil bakal pas bener-bener pas yaa, tapi saya selalu berusaha untuk menyesuaikan kebutuhan tubuhnya.
Kalau porsinya Jiwo sekali makan satu mangkok, misalnya, berarti satu mangkok itu semua yang wajib harus ada. Dengan pembagian yang seimbang. Emang gak enak sih yaa, namanya nasi itu makanan pokok, kita terbiasa dengan nasi dapat tempat paling banyak di piring. Tapi ah, inikan buat Jiwo, mumpung belom bisa protes. Hahahahaha

MPASI Fortifikasi
Di sini juga pentingnya pemberian MPASI fortifikasi. Fortifikasi adalah upaya dalam meningkatkan mutu gizi bahan pangan dengan sengaja menambahkan satu atau lebih zat gizi mikro, seperti vitamin dan mineral. Sederhananya, MPASI fortifikasi itu makanan bayi produksi industri seperti biskuit, puding, atau bubur. Karena di pembuatannya, MPASI fortifikasi telah memikirkan kandungan-kandungan yang diperlukan bayi dan balita sesuai usianya. Makanya, biasanya MPASI fortifikasi ada tahapan-tahapannya, karena memang dibuat sesuai kebutuhan gizi masing-masing usia.

Tenang bu ibu.. Makanan yang diproduksi industri untuk bayi, gak sama dengan makanan yang diproduksi untuk dewasa. Soalnya, ada regulasi SNI 01-7111-1-2005 butir ke-5, yang TIDAK MEMPERKENANKAN penggunaan pengawet buatan untuk produk MPASI. Kalaupun mengandung gula dan garam, itu sudah ada aturannya, gak boleh berlebihan. Lagian, kan kita bisa lihat komposisi dan kandungan gizinya di kemasan. Jadi walaupun produksi industri, kita sebagai ibu bisa tetap mengontrol asupannya.

Kalau saya, MPASI fortifikasi andalannya adalah MILNA. Selain Jiwo doyan banget karena rasanya yang enak, Milna juga menghilangkan kekhawatiran saya tentang makanan bayi kemasan yang tidak steril dan kandungannya asal. Di bawah Kalbe Nutritionals, Milna patuh memenuhi regulasi SNI untuk tidak memiliki kandungan pengawet di setiap produknya. Bahan baku yang digunakan, memiliki kadar air rendah dan aktifitas air (nilai aw) yang juga rendah untuk mencegah berkembangnya bakteri pathogen. Milna juga dikemas dengan aluminium foil, yang kekedapan udaranya mampu membuat produk menjadi terhindar dari banyak udara penyebab penyebaran bakteri pathogen. 

Kesukaan Jiwo (dan saya), adalah Milna Toddler Puding dan Milna Toddler Biskuit. Lebih spesifik lagi, Milna Toddler Puding rasa cokelat dan Milna Toddler Biskuit rasa cokelat. Kalau mengandung vitamin dan mineral yang pas untuk usia Jiwo, itu sih gak pasti semua tau ya. Tapi yang kalian harus tau banget, dua produk ini RASANYA ENAAAAK! Apalagi pudingnya, liat dong itu kata yang di dalam kurung awal paragraf? Iya serius saya juga doyan banget! Malah seringnya saya yang makan, Jiwo yang minta. Hahahaha Terbalik banget yaaa, abis gimana dong, pudingnya enak banget. Suer! 
Milna Toddler Puding vanila dan cokelat, dengan toping Milna Toddler Biskuit cokelat.

Selain enak, Milna Toddler Puding dan Milna Toddler Biskuit jadi andalan saya karena sangat praktis! Namanya Jiwo ya, ngemil udah kayak minum air putih, sering dan banyak. Saya sebagai mama sibuk yang mencintai kepraktisan (baca: males), tertolong banget sama dua produk ini. Biskuitnya tinggal hap, enak, cepet, gampang, dijual dimana-mana banget, dan harganya terjangkau. Pudingnya, adalah puding praktis yang pernah saya temukan. Bikinnya enggak ribet, diseduh doang. Iya serius, cuma dikucurin air panas, aduk-aduk bentar. Diemin sampai dingin, jadi deh! Kalau gini kan, saya jadi punya banyak waktu buat nyuci, beberes dan leha-leha melayani keluarga. Ya gak ya gak?
Ini yang menarik dari Milna, menarik perhatian anak-anak dengan bonus sederhana seperti ini. Bisa digunting, lalu dijadikan mainan :D

Sumber dan referensi:
http://health.kompas.com/read/2013/11/21/2031266/MPASI.Difortifikasi.Bisa.Cegah.Bayi.Kurang.Zat.Besi.
http://www.pikiran-rakyat.com/horison/2015/04/26/325047/pentingnya-nutrisi-1000-hari-pertama-bayi

18 komentar

  1. Itu jiwo mau pose gitu ta sogok Milna sak kotak mesti :D

    BalasHapus
  2. Wah berkat bunda yang smart, ananda (Jiwo) juga tumbuh kembang sehat en hebat, Sukses untuk kontesnya ya :)

    BalasHapus
  3. Jiwo, nanti kalau adiknya udah lahir jangan rebutan Milna nya ya..dibeliin yang banyak sama bunda

    BalasHapus
  4. Biskuitnya sama kek Fira, Milna juga. Anak Milna ya

    BalasHapus
  5. Kerenn pung..jd belajar hal baru lewat pengalamanmu..
    Thx for sharing yaaa :*
    Good luck

    BalasHapus
  6. Arya juga suka itu biskuitnya. Saya juga *emak rakus*

    BalasHapus
  7. 4,5 kilo? Uwow... jadi pengen liat Pungky saat hamil. Hehehehe...
    Ayo ayo.. Jiwo punya adik lagi. Pasti gede kayak Jiwo :)

    BalasHapus
  8. Mba Vivi dan Mas Faris dulu juga maemnya Milna, dari sblm 6 bulan malahan heheheee...

    BalasHapus
  9. Dulu Daffa Abyan, wkt mulai mulai gigit2, aku kasi biskuit milna loo... Buat merangsang pertumbuhan gigi :D

    BalasHapus
  10. Beuh, itu foto yang paling atas ngehits banget :)))

    Maira tuh gak suka nasi loh, kadang suka pusing nyari ganti karbonya. Tapi dia sangat suka sayur-sayuran dan buah. Lauk pauknya juga suka, jadi kalo makan, nasinya pasti dikit.

    BalasHapus
  11. Haduh.. kok aku banget pemakan segalanya. Jadi khawatir si Utun nih :(( Biskuit Milna, aku juga doyan, gak cuman bocah doank. Yg rasa coklat apalagi :p

    BalasHapus
  12. Aku jg pas hamil ini jd pemakan segalanya. Tp kalo lahiran sampe 4.5 kilo itu gmn yah. Duh serem hahaha. Jiwoooo kamu kok pinter sih pose2 gitu

    BalasHapus
  13. Jiwo keren bingitss mamakny ..
    semoga Jiwo lebih hebat dr dirimu ya pung ^^

    BalasHapus
  14. biskuit yang satu ini memang banyak yang suka...Bo et Obi juga sempet nyicipin waktu di jakarta :)

    BalasHapus