Arkadia. Diberdayakan oleh Blogger.

Menghadapi Patah Hati


Saya duduk di lantai kering toilet kantor. Mengunci pintu lalu menangis sesungukan dan menghabiskan satu gulung tisu sendirian. Saya memukul-mukul tembok toilet, menjedot-jedotkan kepala, dan berkali-kali muntah tanpa keluar apa-apa. Saya meninju tutup kloset duduk yang sedang tertutup, dengan seluruh tenaga yang saya punya.

Sudah tiga hari saya cuma makan satu kali sehari, setiap makanan masuk rasanya mual dan pengin keluar lagi. Dada saya seperti ditonjok-tonjok dari dalam. Tenggorokan saya perih dan napas saya sesak. Mata saya sembab sampai bengkak. 

Setiap malam, saya baru bisa tidur kalau sudah terdengar adzan subuh. Saya berbaring di kasur, menontoni sosmed semua orang sampai bosan, atau melihat atap kamar sambil sesekali meneteskan air mata. Jam 8 pagi sudah duduk di kantor lagi. Bawah mata saya menghitam seperti zombie.

Semua kerjaan saya berantakan. Saya ditegur bos karena semua yang saya pegang, nggak ada yang selesai pada waktu seharusnya. Rambut saya berserakan sepenjuru rumah, sepenjuru kantor. Rontok sampai bagian kiri kepala saya mulai kelihatan bagian kulit tanpa rambut. Entah karena stres, entah karena terlalu sering dijambak-jambak sendiri.

Saya, patah hati.

Saya sampai benci sama diri sendiri. Karena di mata orang yang sangat berarti bagi saya, saya tidak berarti apa-apa. Ternyata untuk orang yang bagi saya adalah dunia beserta isinya, saya tidak berharga. Saya bercermin dan menangis jerit-jerit saat lihat bayangan diri sendiri. Saya merasa tidak berharga, tidak berarti apa-apa.

Saya benci patah hati. Saya benci jadi lemah begini, nggak berdaya sama diri sendiri. Saya menatap wajah di cermin, menunjuk-nunjuk, dan memaki habis-habisan. Saya melewati malam-malam dengan penuh marah, kecewa, emosi.. kadang dengan tatapan kosong tanpa air mata sama sekali.

Saya benci sekali patah hati. Saya benci hari-hari saya dipenuhi oleh perasaan yang nggak bisa saya kendalikan. Saya benci harus menjawab pertanyaan "Kamu gapapa?" dari teman-teman dengan tatapan sinis dan air mata. Saya benci rutinitas menjadi nggak karu-karuan begini.

**

Saya memutar Kodaline ribuan kali. Lagu Shed A Tear jadi kekuatan kecil yang saya punya setiap hari, selain pelukan Jiwo setiap malam dan pagi.

And I feel your pain when I know you're in trouble
And I'll take the blame from your hurt in your struggle
And when you're trying to speak out, but nobody hears a word
I'll be your voice, lay your head on my shoulder

Rasanya seperti ada orang lain yang berbisik di telinga saya. Tepat di telinga saya. Orang entah siapa yang saya yakin ada, yang menggenggam tangan saya, menyenderkan kepala saya ke pundaknya, dan meyakinkan saya akan baik-baik saja. Sosok imajiner yang mungkin diciptakan oleh perasaan merasa nggak berharga ini.

Jangan kalah. Jangan kalah. Jangan kalah.

Di hari saya bisa berhenti menangis, saya ke kantor pagi-pagi sekali. Duduk sendirian, memeluk kaki sendiri sambil bergetar. Saya lihat ke jendela, langitnya lagi biru dan awannya gendut-gendut. Saya menyerahkan semuanya sama Gusti. Pagi itu, saya ikhlaskan patah hati saya pada Yang Maha Punya.

Saya serahkan semua air mata, rasa marah, rasa pengen bacok jidat orang, kepalan tangan yang sudah menghajar banyak benda keras 3 hari kemarin, dada kanan yang ngilu bukan main, muka sembab dan mata bengkak, sekaligus seluruh sakit dan perih yang menggila dalam tubuh saya. Saya serahkan.. Seluruhnya, sepenuhnya.

Saya duduk di meja kerja saya, memakai headset dan menyetel Kodaline dengan volume penuh. Menarik napas dalam, dan menghembuskannya sambil memejamkan mata. Mengumpulkan sisa energi yang saya punya. Nggak tau besok mau gimana, yang jelas, bersama sakit yang masih kerasa, hari ini saya siap untuk hidup lagi.



"You need a little light to guide the way
Waiting on the sun to shine again
You've got to keep your head up high

You've got to keep your head up high.."

8 komentar

  1. Peluuuuk, mbak Pungky :*
    I know this won't be easy... hanya bisa berdoa dari jauh semoga selalu diberi kekuatan ya, mbak. Amiin...

    BalasHapus
  2. Tetep jadi Pungky yang aku kenal .Yang ceria di depan orang

    BalasHapus
  3. Be strong Pung, tugas kita membahagiakan diri sendiri dan org kesayangan pastinya. Sedihnya jgn lama2 ya ciin

    BalasHapus
  4. Gatau apa yang bikin Mbak Pungky patah hati, semoga senantiasa mendapat petunjuk untuk melalui semua. ♥️

    BalasHapus
  5. mbak pung, kamu salah satu orang kuat yang aku baca kisah-kisahnya dan membuatku terbuka kalau it's fine not to be fine. salam sayang dariku untukmu, kamu bisa mbak!

    BalasHapus
  6. "Siap hidup lagi."
    Semangat. Aku pernah patah hati, ---belum lama ini. Aku ke Jakarta sendirian lalu ke psikiater karena udah gak kuat. Dan lihat aku di sini sekarang :)
    *peluk*
    *peluk*
    *peluk*

    BalasHapus
  7. Salut dengan Mbak Pungky. Lagi patah hati aja tetep bisa senyum lebaaar. Gak pernah "pamerin" masalah. Peyuk peyuk peyuk. Semoga apapun masalah yang dihadapi tetep bisa tegaaar. ��❤��

    BalasHapus