Arkadia. Diberdayakan oleh Blogger.

Menikah Muda Tak Pernah Merampas Apapun dari Saya


Dulu, saya tuh anti banget sama yang namanya nikah muda. Pokoknya kalau ada temen yang bilang pengin nikah-padahal masih muda, saya pasti jadi setannya. Saya komporin kalau nikah muda itu nggak bakal enak. Jangan deh pokoknya jangan. Dan saya janji sama diri sendiri, nggak ada nikah muda dalam hidup saya.

Muda dalam kamus saya, adalah di bawah 25 tahun. Ini kamus saya ih bukan standar bkkbn apalagi undang-undang, bebas ya bebas dong. haha

Ya masa masih muda udah nikah sih? Kan sayang umurnya. Umur dua puluh tahunan itu, bagi saya, usia yang mantap jaya buat melakukan banyak hal. Pol-polan berkarya, giat-giatnya bekerja, mengejar apapun yang jadi mimpi-mimpi kita. Trus menukar itu semua itu dengan.. menikah? Hih.


Saya dulu mimpi banget setelah lulus kuliah bisa keliling dunia pakai uang sendiri. Saya jadi penulis, tapi nulisnya di cafe-cafe gitu, di luar negeri. Entah dimana aja, pokoknya luar negeri. Dari satu cafe ke cafe lain, satu negara ke negara lain, bawa-bawa laptop dan DSLR kesayangan. Pakai celana jeans, converse, dan tengtop.

Sampai-sampai, dulu saya punya motto hidup ala-ala: "Memotret semaunya, menulis sesukanya". Saking penginnya hidup dari memotret dan menulis. Sambil keliling dunia. Pakai uang sendiri. Beuh.

Dan itu semua nggak akan bisa saya kejar kalau saya nikah muda. Yakali deh. Saya berarti harus di rumah, ngurus anak, ngurus suami. Pakai daster, rambut lepek dicepol, pegang sapu. Duduk sambil menulis di cafe-cafe di luar negeri itu, ditukar dengan cucian baju segabruk-gabruk dan rengekan anak minta susu? Nehi.

Nah lawaknya, saya kemakan omongan sendiri. Saya nikah dan punya anak umur 21 tahun HAHAHAHAHA Mamam tuh prinsip :))

Waktu hamil Jiwo, saya sempat galau setengah mati. Aduh ini beneran harus punya anak sekarang? Apa kabar mimpi berkelana yang saya rencanakan itu. Wojelas saya manyun, bukan karena nggak siap jadi ibu, tapi lebih karena nggak siap kehilangan usia muda yang harusnya saya pakai buat mengejar mimpi mimpi. Hal-hal keren yang saya rencanakan, harus berubah jadi.... ibu rumah tangga. Aduh.

**

Awal tahun kemarin, seperti biasa, saya nulis Galaksi Pungky dan 2016. Kilas balik pencapaian-pencapaian selama setahun ke belakang di blog pribadi. Trus wow sendiri, selama 2016, saya ternyata dapat rejeki perjalanan gratis sebanyak 8 kali! Itu semuanya yang dari blog, jadi yang selain karena blog nggak dihitung. Nah kalau semuanya ditotal, ada sekitar 10 perjalanan selama satu tahun. Semuanya gratis tis.

Itu baru yang 2016, kalau di tambah yang 2015 dan 2014, saya sampai nggak tau lagi jumlahnya karena banyak yang nggak tercatat. Enggak semuanya ke luar negeri, kebanyakan malah di Indonesia aja. Tapi sejak perjalanan ke Thailand (gratis) tahun kemarin, saya malah jadi sadar kalau Indonesia itu keren banget dan saya nggak tertarik lagi duduk menulis di cafe-cafe di luar negeri ehehehehehe

Tahun 2015, mimpi saya ijig-ijig ganti, keliling Indonesia. Nggak pakai cacicu, Gusti mengabulkan itu langsung berondongan. Dari pulau Selayar yang indah banget itu, Lombok yang gili-gilinya rasa khayangan, hutan Borneo yang bikin merinding, Nusa Lembongan dengan bawah airnya yang cantik, sampai pulau Pantara yang eksotis abis.

Semuanya terjadi saat saya sudah menikah. Saya yang seorang ibu rumah tangga, saya yang beranak satu, saya yang dulu terbayang akan terus-terusan di rumah pakai daster, cepol rambut dan pegang sapu. Saya, dengan telak, membantah pehamanan saya sendiri tentang menikah muda. Ternyata menikah tidak membuat seorang perempuan kehilangan apa-apa, termasuk jalan dan kesempatan-kesempatan untuk mengejar mimpinya. Saya membuktikannya.

Sekarang saya juga punya uang sendiri karena menulis dan memotret. Dua hal yang dulu saya rencanakan akan jadi sumber penghidupan. Dikabulin sama Gusti, persis! Menikah muda nggak sedikitpun merampas mimpi saya, enggak setitikpun.

**

Iya memang nggak langsung brek berlaku begitu. Awal-awal punya anak, jelas saya nggak bisa kemana-mana. Full jadi ibu-ibu tiap hari, kerjapun saya kan remote, dikerjakan dari rumah. Kuliah juga tinggal skripsi, paling ke kampus sebulan sekali buat bimbingan. Sampai Jiwo usia satu tahun lah, dunia saya cuma rumah, rumah dan rumah. Kasur, sumur, dapur, kasur lagi, sumur lagi, dapur lagi.

Saat temen-temen karirnya mulai melejit, lagi gigihnya mengejar S2, lagi siap-siap ambil beasiswa impiannya, lagi keren-kerennya berkarya dan terkenal... saya dengan usia yang sama, cuma di rumah. Ngurus anak.

Tapi kalau dijalanin, ternyata cuma sebentar kok. Saya mulai kembali mengejar mimpi-mimpi pribadi saya, itu pas Jiwo umur satu setengah tahun. Pas nenennya udah nggak galak lagi, pas makannya udah nggak diblender lagi, pas tidurnya nggak harus mlintir-mlintir pentil lagi, pas mandinya nggak harus pakai bak khusus lagi. Tiba-tiba saya sudah punya banyak waktu luang dan bisa bebas ngapa-ngapain lagi. Tau-tau Jiwo sudah besar, dan saya nggak sadar sudah lama beradaptasi dengan ritme hidup yang baru sebagai ibu-ibu.

Sebentar banget, asli nggak terasa.

Malah, sejak menikah dan punya anak, saya lebih greget melakukan apa yang saya suka. Menulis dan memotret. Pernah saya ceritain di sini. Karena waktu saya serba terbatas, ngerjain apa-apa jadi maksimal. Totalitas. Saya tau waktu saya sempit, 24 jam itu harus dibagi sama anak, rumah, suami, dan jam istirahat diri sendiri. Jadi apa-apa saya tekun, disiplin, karena kalau santai-santai, bakal kehabisan waktu dengan percuma.

Sejak menikah dan punya anak, saya juga jadi lebih rajin belajar banyak hal. Saya ngulik teknik-teknik foto yang dulu nggak bisa, mendalami digital marketing, video editing, baca sangat banyak tulisan perjalanan orang trus dipelajari hal-hal yang bikin itu menarik, ikut kelas SEO, sampai ikut kelas make up karena di blog saya mulai ada kategori beauty

Karena saya sadar bakal ketinggalan jauh sama temen-temen seumuran, dan saya bukan orang yang bisa biasa aja sama itu. Saya nggak suka banget kalau lagi pertemuan keluarga atau reuni temen lama, dibanding-bandingin. Si dia udah sukses, si ini udah sekolah tinggi, kok kamu cuma gini-gini aja, kamu sih nikah muda. Saya mengejar, saya belajar, supaya orang tau kalau saya ini pembanding, bukan yang dibanding-bandingkan. Supaya orang tau, menikah muda nggak pernah merampas hidup saya.

Bayangin kalau saya nggak nikah muda. Barangkali saya nggak pernah dibanding-bandingkan dan akhirnya merasa puas dengan apa yang diraih sekarang. Hidup saya malah jadi nggak kemana-kemana, saya nggak punya pecutan untuk mendobrak tembok bernama "gini-gini aja". 

Kalau nggak nikah muda, barangkali saya nggak punya alasan untuk hidup bebas kayak sekarang. Saya pasti harus kerja kantoran, karena sarjana masa nganggur? Menukar ijazah dengan rutinitas pegawai yang cutinya pakai hitungan. Barangkali nggak bakal ada cerita dalam setahun, melakukan berkali-kali perjalanan sekalipun bukan weekend.

Kalau nggak nikah muda, barangkali saya belum mencapai titik ini. Titik yang sekarang saya syukuri betul karena biarpun remeh, tapi inilah hal yang saya impikan. Pencapaian-pencapaian yang dulu saya doakan.

**

O jelas, semua nggak lepas dari peran suami paling yoi sedunia itu. Dia yang merestui saya untuk boleh mengejar mimpi-mimpi sekalipun sudah berstatus istri. Dia yang berjanji membangun rumah tangga ini dengan kerja sama, bukan sekedar sama-sama kerja. Dia yang selalu di belakang, mendukung dengan penuh saat saya mendobrak tembok "gini-gini aja".

Belum lama ini beredar meme-meme tentang jangan remehin ibu-ibu berdaster ngurus anak, tau nggak? Pasti tau lah ya itukan hits banget. Banyak temen-temen yang nanya kenapa saya nggak ikutan, ya mereka hapal saya ini mahmud yang pantang ketinggalan tren, masa meme begituan bisa diem aja. Alasan saya selalu sama: saya nggak punya daster.

Punya ding, dua biji, Itupun yang satu sudah nggak layak pakai dan yang satu lebih pantas disebut mini dress. Saya memang sudah lama gantung daster, simply karena bagi saya, daster itu bikin saya jadi orang yang nggak siap. Leyeh-able. Tapi sebenernya bukan itu sih alasannya, itumah biar cepet aja. Saya nggak bikin meme gituan, karena saya nggak merasa jadi bagian dari isi meme itu. 

JANGAN REMEHIN IBU-IBU BERDASTER NGURUS ANAK. Sori, saya bukan golongan ibu-ibu berdaster dan saya nggak pernah memberi celah orang lain untuk meremehkan status ibu-ibu saya. Dengan atau tanpa daster, dengan atau tanpa dandan, dengan atau tanpa kata JANGAN, saya ibu-ibu yang nggak bisa diremehkan.

Sekarang saya punya motto hidup baru, dikasih mas suami: Hidup itu sejatinya cuma dapur, sumur, kasur, dan... ngeluyur.

HAHAHAHAHAHA *packing*

**

Tulisan ini saya persembahkan untuk seorang teman yang lagi galau mau nikah muda tapi takut terkekang status. Takut gak bisa mengejar mimpi-mimpinya. Tergantung, sist. Tergantung gimana lo memandang dan memperlakukan hidup lo sendiri sebagai istri dan ibu rumah tangga nantinya. Lihat ini temen lo, menikah muda nggak pernah merampas apapun dan semua berjalan baik-baik aja. Menikah muda nggak membuat gue kehilangan diri gue sendiri sebagai perempuan yang banyak mimpinya. Pun anak gue tumbuh baik. Sehat, ganteng, dan uyelable. Idih najong narsis bener.

TAPI YA, pastikan niat nikah muda bukan untuk keren-kerenan sama sekali, karena itu keputusan seumur hidup yang nggak bisa dicabut lagi kecuali sangat terpaksa. Menjadi ibu itu butuh energi separuh hidup, nggak bisa dianggap enteng dan sepele. Mau muda atau saat usia matang, mau kerja dulu yang mapan atau sekarang, menikahlah saat benar-benar siap. Ini pernikahan bukan mantan, jangan buat maenan.

*kemudian terlihat sambitan sendal jepit dari the mantans*
 

39 komentar

  1. Kalau yang kayak aku gini gimana? belum nikah udah hamil aja gitu. *lirikperut

    :)

    Salut sama orang-orang yang berani berkomitmen besar di usia muda. Salut pake banget.

    BalasHapus
  2. Saya punya pikiran serupa sebelum menikah, tetapi setelah menikah justru punya waktu lebih banyak dan belajar lebih banyak dan menghasilkan karya lebih banyak. Baik segi profesional maupun personal

    BalasHapus
  3. Spicles saya ��
    Tp suka energi positifnya kerasa ��

    BalasHapus
  4. menikah itu asyik kalau partnernya juga asyik. *itu pendapatku lho mbak*
    karena nggak semuanya bisa mendapat kesempatan yang sama seperti mbak pungki. Tetapi saya suka semua postingannya mbak pungki. Kalau saya? pertanyaan horor bin keki yang masih menghantui. Kapan nikah? :v

    BalasHapus
  5. Aku malah mimpi banget bisa nikah mudah. Biasa lah, anak rohis. Muehehehe. Tapi terkabulnya nggak muda-muda amat sih, umur 24.
    Btw terjawab sudah ya kenapa Pungky masih muda tapi anaknya udah gede. Ihir.
    Wes, moga2 rukun terus, bahagia terus, menginspirasi terus :)

    BalasHapus
  6. Menikah muda itu salah satu impian saya dulu saat kuliah, hehe eh ternyata gagal. Karena kuliah aja terlambat lulus :D

    Ini rencana nikah 1,5 tahun lagi, mungkin sudah tdk bs dibilang sbg nikah muda, hehe

    Btw, menikah mudah tetep saja merampas sesuatu dr mbak. Merampas kesepian :D

    BalasHapus
  7. Menikah muda itu bagus banget kalau menurut saya pribadi, soalnya saya sendiri menikah umur 25 tahun itu sudah berasa tua pake banget. Lebih terarah, lebih fokus pada tujuan hidup dan tidak terlalu banyak buang-buang biaya, waktu dan perasaan. *pengalaman pribadi

    BalasHapus
  8. Aku juga nikah agak muda (22 tahun), tapi gak pernah merasa kehilangan masa muda, cuma kadang suka lupa kalau sekarang udah tua.. wkwk

    BalasHapus
  9. aku juga nikah muda mba, cuma kisahku linu dan ngilu... gak ding, alhamdulillah bahagia, meski pada awalnya merana. hehe...

    BalasHapus
  10. Pengen nikah muda biar ada yang bayarin S2. Haha.
    Nggak deng Kak. Aku sih pengen-pengen aja nikah umur 23an kayak sekarang atau 26an, tapi jodohnya belum dateng. Mohon doanya ya! kwkww :p

    BalasHapus
  11. Habis baca ini, bawaannya pengen packing berkas2 buat ke KUA. Hahaha

    BalasHapus
  12. Saya punya pemikiran yang sama soal menikah: terkekang. E tapi ngeliat beberapa contoh temen2 yg sudah menikah saya malah cemen. Soalnya mereka bisa menjadi ibu, bekerja, berkaya, juga sekolah lagi. Hebaaat. Salut.

    BalasHapus
  13. Aku mlh seneng nikah muda dan dulu emang cita2, haha. Malah bisa berkarya bareng suami. Dan belajar banyak hal, hihi.

    BalasHapus
  14. Halo pungky, salam kenal :)

    Saya tipikal yang anti kawin muda karena mang lum siap dan ga kepengen :) tapi postingan ini mencerahkan banget bisa liat dari sisi yang lain. Kalau pungky gimana awal mulanya bisa nikah mudah?

    Thanks

    BalasHapus
  15. Makasih Mbak Pungky, jadi termotivasi soal menikah muda nya. Seneng sama tulisannya, inspiratif banget. Rasanya jadi pengen buru - buru ke KUA hehehe

    BalasHapus
  16. Menurut saya, nikah itu perkara jadwal waktu dr masing2 aja. Ada yg memang jadwalnya cepet, ada yg jadwalnya lbh lambat. Tuhan udh punya jadwalnya hehe. Jd intinya dr tulisan mba pungky, sll bersyukur dg kondisi diri kita msg2 saat ini. Pernikahan dan anak bukan penghalang buat mengembangkan potensi diri. yihaa!

    BalasHapus
  17. Aku kemudian langsung mau cari orang yang mau dinikahi saat ini juga :D

    BalasHapus
  18. Ingat pepatah, menikahlah selagi muda atau nanti kamu akan dinikahkan. Eh, kok ga nyambung ya? Hahahahaha... Ga pernah serius ah komentari Emaknye Sujiwo nih. :-P

    BalasHapus
  19. Wkwkwkwk, ngakak bacanya,,,

    BalasHapus
  20. menikah muda emang seru, dulu aku nikah masih umur 23 dan istri masih 20 kurang :D
    ga kebayang dulu nekatnya gimana, asal niat apik insyaAlloh tercapai
    awal pernikahan memang penuh hal kecut tapi membahagiakan, tapi 2 tahun setelahnya mulai menunjukkan hal2 positif, rejeki benar2 dibuka lebar2
    yang dulu buat beli sari roti 10 ribu aja kayaknya mikir2, kini beli makanan yang harganya 100 ribu ke atas ga pake mikir

    aku setuju banget dengan mbak, bahwa nikah muda itu tidak menghalangi untuk berkarya
    aku tetap bisa lulus kuliah walau sampe benar2 deadline DO :D
    aku dan istri juga tetap bisa mendalami passion kami masing2, bahkan lebih seru karena punya partner (aku dan istri sama2 blogger)

    wah komen saya panjang banget yah, sorry numpang curhat :D

    BalasHapus
  21. Aaak kereeen keren banget ah Mamak Jiwo ini. Aku nikah muda juga, tapi belom sedisiplin itu. Hidupku banyak kuhabiskan dengan leyeh-leyeh dan main The Sims :))

    BalasHapus
  22. wuiihh..keren banget pungky, justru banyak pencapaian yg diraih setelah punya anak ya

    BalasHapus
  23. planingku nikah 21, sampai sekarang blm ini

    BalasHapus
  24. Ngeluyur, hahaha
    Tapi balik ke misuanya sih, Mbak. Kalau dianya oke, kita pun oke

    BalasHapus
  25. suka mba, sejak nikah n punya anak justru aku tertantang lebih produktif lagi ga cuman mantengin insert atau stalking lambe turah dkk semuanya jadi buat tantangan gimana caranya aku bisa bagi wkatu buat kerja, nge-blog, dan main sama suami-anak.

    BalasHapus
  26. aaah kamu keren ko mba pung,mungkin karena semboyanmu yang karena waktu terbatas jadi apa-apa yang dilakukan maksimal dan totalitas.. kereun

    BalasHapus
  27. Dapur, sumur, kasur, ... Ngeluyuur! Wkakka gokiil asek bgt ni mah

    BalasHapus
  28. Niat mah nikah umur 24 eh molor jd 27,hahaha. Mamih dan kakakku punya anak di usia 21, tp fine2 aja, hihi. Anyway aku suka tulisanmuuuuu. ����

    BalasHapus
  29. Sama aku juga nikah muda. Makasih tulisannya bermanfaat sekali.. Krn menginspirasi saya, benar itu tidal akn merampas semuanya termasuj impian kita.

    BalasHapus
  30. Sama aku juga nikah muda. Makasih tulisannya bermanfaat sekali.. Krn menginspirasi saya, benar itu tidal akn merampas semuanya termasuj impian kita.

    BalasHapus
  31. Kalo ngikutin logika manusia ya gitu nanti banyak prasangka. Kita mah apau tuh, otak cuma segede bakpao. Tuhan itu memang maha ajaib :)

    BalasHapus
  32. Wah aku nikah 24 taun juga kerasa muda haha
    .. Keren mb tulisannya...

    BalasHapus
  33. Saya malah pengen nikah muda..tapi semua kan sudah diatur yak hihi... semua ada waktunya, ada saat kita harus sibuk urusan domestik, ada saatnya bisa bebas berkeliaran hahaha...

    BalasHapus
  34. Aku nikah umur 24 th 2012 dan sampe sekarang masih muda terus karena jiwa dan semangatnya juga tetep muda wkwkkw apapun itu kalo kita ngejalanin passion kita dengan sungguh-sungguh pasti hasilnya juga nggak main-main kok..semangat berpetualang ya mbak :D

    Kalo aku jalan-jalan gratisnya dari kantor...bisa dibilang me time juga walopun sambil kerja juga buahahhaha

    BalasHapus
  35. aku termasuk yang anti nikah muda, tapi akhir-akhir ini sering banget secara gak sengaja baca tulisan / dapet cerita ttg pengalaman nikah muda yang menyenangkan. termasuk kisahnya ka pung ini. daaan sekarang persepsiku mulai berubah. entah nanti nikah umur berapa haha

    BalasHapus
  36. belum menikah, tapi jga begitu-begitu aja juga banyak kok. Jadi menikah bukan ukuran orang gak bisa "ngeluyur" dan upgrade diri. Mau ngeluyur, mau belajar, mau upgrade diri itu bergantung sama kemauan diri sendiri. Setuju lah sama mak Pungky, menikah muda tak merampas apapun.

    BalasHapus
  37. kalau menurut eike sih yang penting calon nya ya...mengenai waktunya itu nomor dua.
    mau nikah muda atau nikah tua yang penting calon suami/istri nya itu udah bener-bener dipikirkan secara 'matang' :D

    BalasHapus
  38. temen-temenku di smp ada yang mau nikah muda (under 20)
    alasan; menghindari zina
    bagiku: ada cara lain untuk menghindari
    permasalahannya adalah mereka nganggep nikah muda itu cuma oh nikah, punya anak, happily ever after, and the end. padahal dalam pernikahan itu pasti selalu ada badai. mereka nggak pernah mikir itu, dan cuma mikir enaknya. itu yang bikin aku gregetan, karena pemikiran nikah cuma enaknya aja itu malah pas kalau mereka beneran nikah muda, malah bakal bikin mereka stres karena nggak siap menghadapi kenyataan dan secara nggak langsung merampas hidup mereka. dan dengan kelabilan mereka saat ini, kayaknya mereka nggak akan siap sama badai itu. dan kalau ada pasangan yang sama-sama under 20 nikah, menurutku kemungkinannya sangat kecil buat bisa memahami satu sama lain kayak oh istri itu juga harus punya me time, nggak cuma muter-muter di rumah, dll. temenku pingin nikah umur 18, dan di usia segitu, biasanya anak baru lulus sma, dan ego masih tinggi. jadi menurutku kalau nikahnya di atas 20 itu it's okay, bukan nikah muda juga.

    BalasHapus