Arkadia. Diberdayakan oleh Blogger.

Memilikimu adalah Belajar Ikhlas

Dek,
Untuk ibu, ikhlas adalah tentang hal yang tidak bisa sama sekali disebut-sebut. Karena ikhlas adalah melakukan lalu melupakan. Ikhlas adalah melakukan lalu menyerahkan pada Illahi Rabbi, pemilik hidup dan kepasrahan. Dan ibu sama sekali belum pernah melakukan ikhlas.



Dek,
Belajar ikhlas adalah yang bisa ibu lakukan sekarang. Belajar dengan kehamilan berisi kamu dua puluh delapan bulan yang lalu. Kehamilan saat ibu sama sekali belum siap, saat bapak belum mampu, saat kami belum bisa, sangat keadaan betul-betul tidak mungkin. Tapi kamu harus hidup, sayang.. Tuhan telah menitipkan kamu dalam rahim ibu. Ibu belajar ikhlas dengan menutup mata dari tawaran banyak orang untuk membuatmu tiada. Siap tidak siap, mampu tidak mampu, bisa tidak bisa, ibu membiarkan kamu tumbuh dan terus hidup. Ibu belajar ikhlas dengan menerima dan percaya bahwa kamu adalah anugrah dan berkah terindah.

Dek,
Ada saat gelar sarjana ibu harus ditunda demi melahirkan dan merawat masa bayi merahmu. Ibu tau semuanya akan sulit. Cibiran orang-orang atas mahasiswi semester sepuluh belum juga sarjana, menjadi suara yang selalu terdengar di telinga ibu. Lebih lagi perut ibu semakin membesar, ibu lemah nak.. Suara-suara itu pernah sangat menusuk ibu dan membuat ibu jatuh. Pernah membuat ibu amat marah dan hampir menyerah. Tapi kamu harus hidup, sayang.. Ibu belajar ikhlas dengan menutup telinga rapat-rapat dan terus membiarkan kamu tumbuh sebagaimana mestinya. Ibu belajar ikhlas dengan menerima dan mengolahnya menjadi cambuk untuk bangkit lebih lagi.
Dek,
Ada saat dimana ibu harus menukar masa muda yang penuh foya-foya, dengan kehidupan ibu rumah tangga yang dua puluh empat jam harus siaga. Hari-hari penuh kesenangan, kiriman uang dari eyang, dan gelak tawa bersama teman-teman, mendadak berubah menjadi tumpukan cucian, gunungan setrikaan, kotoran bayi, susu tumpah, tangisan tengah malam dan waktu serba buru-buru yang mandi saja harus curi-curi. Ibu belajar ikhlas dengan percaya bahwa kamu adalah kesenangan yang lebih dari apapun. Ibu pelan-pelan menerima bahwa foya-foya dan gelak tawa adalah melihatmu tumbuh sehat tanpa kekurangan sesuatu apapun. Ibu sedikit-sedikit menyerap energi bahagia yang sangat lebih. Bahagia hanya karena kamu tidur pulas setelah seharian bermain, bahagia karena makanmu habis dan kamu tersenyum kenyang, bahagia karena ternyata memilikimu jauh lebih luar biasa dari sebelumnya.

Dek,
Ada waktu dimana ibu bersedih karena bapak tidak punya uang. Bukan, bukan karena ibu perlu bergelimang harta. Tapi lebih karena kamu butuh banyak hal yang tidak murah. Pernah beberapa kali jeratan tidak punya uang ini membuat ibu lagi lagi jatuh dan hampir menyerah. Pernah beberapa kali makan seadanya kita membuat ibu marah dan membenci bapak. Lalu ibu belajar ikhlas. Ibu belajar menerima bahwa tempe goreng jauh lebih nikmat dari daging sapi asal makannya sama kamu dan bapak. Ibu perlahan menyetujui bahwa jalan-jalan sore keliling komplek jauh lebih seru dibanding tamasya ke gunung asal kamu dan bapak terus ketawa-ketawa saking girangnya. Ibu selangkah demi selangkah, meyakini, bahwa asal kita bertiga, dunia akan selalu indah dengan berapapun uang yang kita punya. Toh sesekali minum air tajin, bikin bayi cepet gemuk :D

Dek,
Ada malam-malam ibu pasti menangis menyesali kelahiranmu. Ibu nekat membiarkanmu ikut hidup dalam ketidaksiapan. Anak sepintar dan seganteng kamu, harusnya memiliki ibu yang lebih baik dan lebih siap. Tapi, lagi dan lagi ibu belajar ikhlas. Ibu belajar untuk tidak menolak takdir Tuhan tentang keluarga kita. Ibu, bapak, dan kamu, sudah digariskan untuk menjadi keluarga. Sekalipun kecil dan sederhana, tapi kita selalu mencoba utuh dan bahagia. Terimakasih sudah menjadi partner berjuang yang keren ya, nak..

Dek,
Percayalah bahwa kita adalah yang terhebat. Yang pernah menutup mata dan telinga rapat-rapat demi hidup yang lebih kuat. Yang pernah terjatuh lalu bangkit dan berlari lebih jauh. Yang pernah meredup lalu berjuang terang meletup-letup. Yang pernah hilang asa, lalu bertiga, terus percaya tentang bisa dan menjadi sederhana namun bahagia.

5 komentar

  1. Inilah yang beberapa waktu ke depan akan saya jalani juga, Mak...
    Semoga saya ikhlas melepaskan ego akan karir yang kuimpikan...

    http://chemistrahmah.com

    BalasHapus
  2. menyentuh... belajar ikhlas itu belajar seumur hidup. Good luck untuk kontesnya mbak
    salam...

    BalasHapus
  3. makasih sudah ikut give awayku ya

    BalasHapus
  4. makasih sudah ikut give awayku ya

    BalasHapus